2/15/2009

Mencoba Kejantanan 5 Prajurit

Pada suatu sore saat aku dengan Dewi temanku dalam perjalanan di jalan bebas hambatan, waktu itu hujan cukup deras sehingga jalanan kurang nampak jelas dari kaca mobil kami. Dewi yang memegang setir pada waktu itu sebenarnya juga mengendarai dengan hati-hati, tapi karena sedang apes mobil yang kami naiki itu keluar jalur dan mobilnya terperosok ke dalam parit. Untung Dewi tidak ngebut sehingga kami berdua selamat dan tidak mengalami lecet sedikit pun. Karena mobilnya terperosok ke dalam parit, maka kami tidak bisa langsung membawa mobil ke jalur yang semestinya lagi.

"Waduh.. Sus! Nggak bisa keluar nih bannya, mana HP-ku habis batterainya, wah! Gimana nih?" Dewi panik dan sepertinya kehabisan akal.
"HP-ku juga nih, mana hujan lagi, sepi kendaraan lagi, kalau gini sich! Meski ada orang yang memperkosa kita nggak pa-pa deh! Asal kita diantar pulang saja", aku ngomong sekenanya.

"Gila kau Sus, tapi benar juga asal jangan kasar-kasar kali ya, hehehe..!"
"Loh! Semakin kasar semakin nikmat lagi, hahaha..!" kami tertawa seakan-akan kami sudah terlepas dari masalah.
"Sus, kalau kita di dalam mobil saja, kita akan di sini sampai mampus", gerutu Dewi.
"Habis gimana lagi, di luar kan hujan gitu."
"Yah kamu, nggak takut diperkosa, masak takut sama hujan, ya sudah aku saja yang keluar, kucoba dorong mobil ini keluar dari lubang", Dewi nekat dengan semangat empat lima dia keluar dan mulai mendorong moncong depan mobil sialan ini.

Aku melihat Dewi berusaha dengan keras dan mengerahkan seluruh tenaganya, tapi mobil sialan ini tidak bergerak sedikit pun.
"Sus! Hidupin mesinnya!" Dewi teriak-teriak, kuhidupkan mesin lalu giginya kuganti gigi mundur, ternyata mobil hanya bergeming sedikit saja. Lalu aku ikut keluar dan juga mencoba mendorong sama-sama dan ternyata tidak membawa perubahan yang berarti.
"Ya.. nggak bisa juga Wik", keluhku.
"Iyah, tapi bodimu cukup bagus basah-basah gini Sus.."
"Kamu itu mabok ya? Tapi bodimu juga terlihat bagus", lalu kami tertawa-tawa.

"Hei..! Sus itu ada mobil, kita cegat yuk", sambil Dewi menunjuk ke arah mobil truk yang semakin mendekat, dan kemudian kami bergegas berlari sampai ke tengah jalan dan melambai-lambaikan kedua tangan kami. Dan kami berhasil, truk itu ternyata adalah truknya tentara.
"Kenapa kalian? Kenapa dengan mobilnya?" Teriak supir truk, dan kami menghampirinya, "Itu Pak mobil kami masuk parit, jadi mobil kami tidak bisa jalan lagi nih Pak!" kujawab dengan nada yang mesra.
"O iya! Hei! Anak-anak bantu nyonya-nyonya ini ayo cepat." Kemudian turun empat orang dari belakang truk itu.
"Mari Nyonya, anda yang pegang kemudi", kata salah satunya dengan tegas kepadaku, lalu kujawab, "Loh, kok Nyonya sih, kan aku masih muda dan single lagi", sambil kugoda dia, huh badannya tegap, tampangnya nggak jelek-jelek amat, tapi yang penting kan bodinya kekar.

Kucoba menghidupkan mesin lagi beberapa kali tapi tak mau hidup-hidup, waduh kenapa ya?, dan kulihat ternyata bensinnya sudah habis.
"Waduh Mas bensinnya habis, ada cadangan ngak mas-mas ini", teriakku.
"Waduh maaf Nona kami tak punya.."
"Yah sudah, kalau gitu kami ikut kalian saja", setelah kami mengambil tas, kami langsung naik truk mereka.

Setelah masuk, dengan santainya aku melepas bajuku yang basah di hadapan keempat prajurit yang tidak jelas pangkatnya itu, kulihat mereka menatap kami tanpa berkedip sedikit pun, lalu kudekati salah satu dari mereka setelah pakaianku terlepas semua. "Kenapa? suka dengan bodiku hmm.." godaku. Kulihat jakunnya naik turun dan matanya tak henti-hentinya melihat payudaraku yang boleh dibilang montok dan seksi cukup mengoda pokoknya. Lalu kupegang tangannya, kudekatkan ke bongkahan payudaraku, "Gruungg!" suara itu tiba-tiba merusak suasana hening, "Hei! Jangan berangkat dulu", mereka berempat bergegas mendekati jendela sopir, entah apa yang mereka bicarakan.
"Sus, kamu sudah gila ya?" tegur Dewi yang terlihat agak malu-malu tapi mau.
"Sudahlah, lagian kita kan kedinginan butuh penghangat dong", sambil kucubit susu kirinya dan Dewi pun tersenyum dan mulai melepas bajunya.

Mesin truk tak lama kemudian mati lagi dan keempat prajurit itu dengan cepat melucuti bajunya masing-masing. "Nona jangan salahkan kami, karena kami sudah empat bulan tidak pernah menyentuh wanita, mungkin nanti agak kasar", kata salah seorang prajurit yang hanya tinggal celana dalamnya saja yang menempel di tubuhnya. Kemudian dia mendekap tubuhku lalu langsung melumat halus bibirku, ternyata dia mahir memainkan lidahnya, nafasku habis rasanya, dan sekilas kulihat prajurit yang lain menggelar terpal dalam tuk yang cukup luas itu dan kulihat Dewi sudah mulai dikerjai seorang prajurit yang mulai membelai, mencium dan mengulum dada montok milik Dewi.

Setelah beberapa saat berciuman, prajurit yang berhadapan denganku mulai mencium leher di bawah telingaku sambil mendesah-desah merasakan kenikmatan, setelah itu dia merambat mengerjai susu sebelah kiriku dengan liar dan ganas. Ssst! Sunguh nikmat sekali. Dengan tiba-tiba badanku ditarik lalu dibaringkan ke atas terpal kasar di lantai truk itu. Sekilas kulihat supir tadi juga mulai naik, kemudian dengan tergesa-gesa melepas pakaiannya sampai polos, lalu mendekatiku dan menuju selangkanganku, kemudian dia menjilati liang kewanitaanku, langsung aku mendesis dan mengeram, dengan tiba-tiba prajurit yang tadi membaringkanku langsung menghimpit kepalaku dengan selangkangannya, kemudian dengan cepat kulepas celana dalamnya. Setelah keluar batang kemaluannya kemudian langsung kulahap batang kemaluan yang lumayan besar itu. Kukulum-kulum dan kusedot kuat-kuat hingga prajurit itu mengeram-ngeram sambil menekan-nekan kepalaku sampai aku sesak nafas. Sesekali aku mendengus dan mendesis akibat ulah supir truk yang mejilat dan menggigit lembut klitorisku, sampai tubuhku mengejang lalu tak lama kemudian sepertinya tumpah semua cairan dalam liang kewanitaanku.

Aku tetap sibuk dengan batang kemaluan yang ada dalam mulutku lalu kurasakan payudaraku ada yang meremas dan sesekali dikulum-kulum. Sungguh kewalahan aku melayani mereka. Dengan tiba-tiba aku mendengar erangan Dewi tepat di sebelah kiri kupingku, ternyata dia sedang dalam keadaan tengkurap di antara kedua prajurit. "Gilaa Suss.. ughh.. sst!" Dewi mulutnya ngomel-ngomel nggak karuan sambil merem-melek tak berdaya. Gila, Dewi dikerjai depan belakang. Lalu prajurit-prajurit yang mengerjaiku berusaha membimbingku untuk nungging, setelah nungging di atas salah seorang dari mereka dan setelah batang kemaluan prajurit di bawahku tepat di antara bibir kewanitaanku, pantatku ditarik dengan keras-keras hingga masuk semua betang kemaluan prajurit itu dengan lancar karena liang kewanitaanku sudah licin.

Setelah beberapa kali genjotan prajurit yang lain berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anusku. "Ssst.. aah.. aah!" Gila sakit banget, baru kali ini anusku digarap orang. "Aaakkh..!" aku menjerit sekuat tenaga begitu batang kemaluan prajurit yang besar itu masuk ke dalam anusku. Selang beberapa saat, terasa juga nikmatnya gesekan dari dua lubangku yang sebelumnya tidak terbayang, meski rasa sakit masih menyertai. Kemudian tubuhku mengejang dan sampailah aku pada klimaks kedua, tapi kuperhatikan kedua prajurit itu masih sibuk menggenjotku. Pelir besar tiba-tiba berada di wajahku, kemudian peler itu didorongnya ke mulutku yang kemudian kukulum dan kusedot, di sela-sela desisan dan eranganku. "Ayo Nona sedot yang kuat!" kata prajurit itu sambil menekan-nekan kepalaku. "Uuugh.. aakh.. esst!" suara geraman dan desisan silih berganti saling sahut menyahut dalam truk itu.

Saat kulihat di sebelah, Dewi terkapar dan lemas, sesekali dia mengeram karena prajurit itu masih getol menyetubuhi Dewi. Gila rasanya aku mau keluar untuk ketiga kalinya sebentar lagi, beberapa saat kemudian kurasakan kedua prajurit yang menyetubuhiku depan belakang mengeram serta merangkul kuat-kuat tubuhku dan kemudian kurasakan liang kewanitaan dan duburku tersembur cairan yang hangat hampir bersamaan, aku pun mencapai klimaks yang ketiga.

Setelah aku mencapai klimaks, aku semakin bersemangat mengulum dan menyedot batang kemaluan di hadapanku sampai pada akhirnya cairan hangat itu menyembur memenuhi rongga tenggorokanku. Lalu prajurit itu melepaskanku dan bergerak menjauhiku. Dan kulihat Dewi pun mulai di tinggal sendirian, kemudian kelima prajurit itu mendekat. "Ayo sini kita gantian, aku pingin rasain juga dia", kata salah satu dari mereka sambil tertawa-tawa, waduh habis aku.

Dua prajurit yang menyetubuhi Dewi mendekat, lalu satu dari mereka menggendongku dan kemudian setelah pelernya tepat di tengah-tengah liang kewanitaanku, aku sedikit diturunkan dan amblas sudah batang kemaluannya tertelan liang kewanitaanku tanpa halangan. Aku disetubuhinya sambil berdiri, sambil tangannya tak henti-hentinya naik turun dengan posisi aku merangkul erat tubuhnya, kemudian dari belakang duburku disodok peler dari belakang, aku menjerit dan mengeram kesakitan, buah dadaku digerayanginya dengan brutal.

Setelah beberapa saat aku dikerjain berdiri, aku diturunkan kemudian aku disuruh mengangkangi seorang prajurit, dan setelah pas masuklah kembali peler besar itu dalam liang kewanitaanku, dan yang lain menyusul menimpaku dari belakang, dan bukannya masuk ke duburku melainkan juga masuk ke dalam liang kewanitaanku, gila ini prajurit, dengan kasar dan brutal akhirnya masuk juga pelernya meski hanya setengahnya, tapi sakitnya bukan main aku menjerit-jerit minta ampun tapi tidak di gubrisnya. Karena mungkin tidak memuaskan dia, maka peler yang masuk hanya setengah itu dicabutnya kemudian dengan serta-merta menyodokkan ke duburku dengan keras, lalu mengosoknya dengan brutal, tak lama kemudian dia mencapai klimaks, setelah beberapa saat lalu batang kemaluannya dicabutnya.

Sekarang aku berkonsentrasi pada satu orang saja, aku merubah posisiku dengan posisi nangkring di atas selangkangannya, kemudian aku mulai naik turun dan sedikit goyang kanan kiri, hingga tak lama kemudian pertahanannya terlihat sedikit goyang, begitu pula aku sepertinya aku akan mencapai klimaks keempat kalinya. Setelah beberapa saat kurasakan liang kewanitaanku di sembur cairan hangat dan kemudian aku pun mencapai klimaks yang keempat kalinya, kami pun saling menggeram, lalu aku menggulirkan tubuhku di samping prajurit yang terlihat lemas. Kulihat Dewi masih di kerjai tiga orang prajurit, Dewi meringis-ringis sambil terus dijejali batang kemaluan prajurit yang besar itu. Karena aku merasa kasihan dengan Dewi dengan sedikit sempoyongan kuhampiri mereka kemudian kutarik salah satu dari mereka yang sedang getol-getolnya ngerjai dubur Dewi lalu kukangkangi dia, setelah tepat posisi pelernya diantara bibir kewanitaanku, kududuki dan langsung masuk seluruh batang kemaluan prajurit itu. Kugoyang-goyang dengan gencar hingga prajurit itu kewalahan menghadapi seranganku, membuatnya tak kuasa menahan lahar spermanya, menyemburlah spermanya dalam liang kewanitaanku. Karena aku belum mencapai klimaks lagi kepalang tanggung sehinga aku tetap menggoyang pinggulku sampai aku mencapai klimaks.

Setelah selesai prajurit-prajurit itu mengerjaiku dan Dewi mereka terlihat lelah. Aku menghampiri Dewi, kulihat wajahnya sudah lelah, "Gimana Wik?" bisikku. "Wah! habis aku, sampai aku klimaks lima kali Sus", Dewi menjawab pertanyaanku dengan sisa-sisa tenaganya. Setelah itu kami minta diantar ke rumah kontrakanku dan kemudian aku menghubungi jasa mobil derek kemudian kami istirahat setelah kami mandi bersama.

TAMAT

Read More..

Warisan Leluhur

Pada abad pertengahan di tanah Jawa, terlihatlah berpuluh-puluh tentara Manchuria dari kerajaan Qing (nama kerajaan di China). Mereka membawa obor dan masuk ke dalam sebuah goa. Setelah lama berjalan didalam goa mereka mendengar suara aneh, lalu mereka semua mengeluarkan pedang mereka. Tiba-tiba mereka melihat sebuah sinar besar yang menyilaukan mata. Mereka lalu berteriak kesakitan dan terbantai tanpa mengetahui apa yang terjadi.

*****

Beberapa ratus tahun kemudian, didataran Mongolia, terlihat sebuah desa. Desa itu dikelilingi oleh padang gurun. Beberapa kilometer dari desa itu terlihat beberapa truk dan beberapa orang asing menggali tanah didaerah itu. Salah seorang dari mereka berteriak,

"Berhasil!! Kita menemukannya"

Semua orang langsung berlari ke arahnya dan menemukan sebuah batu kuno berukiran bahasa Mongolia kuno. Seorang wanita asal Prancis memberikan pria itu sebuah kunci berbentuk kotak dan pria itu memasukan kunci itu ke lobang dari ukiran di batu itu. Tiba-tiba tanah disekitar pria itu terbuka dan ia sendiri jatuh ke dalam tanah. Wanita itu langsung mengeluarkan teleponnya dan menghubungi seseorang, lalu ia pun loncat masuk ke dalam lubang itu. Dengan berbekal lampu senter beberapa orang asing lainnya pun ikut masuk.

Ternyata di dalam tanah itu terbangun sebuah bangunan besar seperti makam untuk raja atau bangsawan. Mereka akhirnya menelusuri lubang itu. Setelah setengah jam berjalan mereka menemukan sebuah peti mati. Seorang pria gendut berasal dari Amerika langsung melempar dinamit dan meledakan peti mati kuno itu. Tengkorak dari peti mati berceceran keluar. Tak lama kemudian terlihatlah peti kecil didalam peti mati itu.

Seorang pria tinggi dan kekar asal Amerika memerintah agar bawahannya mengambil peti itu. Beberapa bawahannya menyentuh peti itu dan tiba-tiba ratusan anak panah melesat keluar dari dindng dan membunuh mereka semua. Setelah anak panah itu habis pria tinggi itu membuka peti itu dan tampaklah sebuah gulungan kertas kuno. Ia lalu mengambil kertas itu dan segera keluar dari lubang itu bersama bawahan lainnya. Sesampainya ia diatas, terlihat ratusan warga membawa kapak dan cangkul menyerangnya.

"Kami tidak akan membiarkan barang pusaka kami dirampas oleh orang asing sepertimu".

Warga asing itu langsung kabur. Beberapa lama kemudian datanglah helikopter dan menjemput pria tinggi dan wanita Prancis itu. Sedangkan semua bawahan lainnya mati terbunuh.

Kejadian itu tersebar dimana-mana dari televisi hingga ke radio dan polisi tidak sanggup melacak siapa dan dimana pria itu. Begitu mendengar berita di televisi, aku menutup televisi dan pergi mandi. Namaku adalah Adi Santoso. Aku adalah sejarahwan yang mempelajari bahasa kuno seperti bahasa Sansekerta. Aku bekerja di musium Fatahillah di Jakarta. Gajiku kecil dan pekerjaanku hanyalah sebagai satpam. Pihak musium tidak memerlukan penterjemah bahasa kuno.

Pada suatu malam aku pulang kerumah tiba-tiba terlihat seorang wanita bule berdiri di depan pintu rumahku. Tetanggaku semua tersenyum dan saling berbisik-bisik. Aku pun turun dari bajaj dan berkata kepada wanita itu.

"Sorry, I don't need hooker. Please leave my house".
Lalu wanita itu menamparku, "I'm here for giving you a new job"

Mendengar bahwa ada pekerjaan baru maka hatiku menjadi senang dan berterima kasih serta meminta maaf sebanyak mungkin. Namun cewek bule itu masih marah dan menyuruhku mengikutinya ke dalam mobilnya. Aku tidak peduli gosip apa yang akan dibuat oleh tetanggaku, demi uang aku masuk ke mobil itu dan diantar sampai ke restoran di hotel Borobudur. Saat aku masuk terlihat seorang bule menantiku. Badannya kekar dan terlihat seperti berumur 40-an.

"Hai, namaku John Wolfgang dari Amerika, senang berkenalan denganmu."

Aku jadi kaget karena ia dapat berbicara bahasa Indonesia seperti layaknya saya berbicara. Ia pun berbincang-bincang dan menawarkan aku pekerjaan dengan gaji setengah juta per hari. Aku langsung kaget karena gaji itu jauh lebih besar dari gaji lamaku. Ia lalu mengatakan bahwa ia perlu penerjemah bahasa kuno seperti Sansekerta. Aku langsung kaget darimana ia tahu semua hal itu. Lalu akupun menyetujuinya dan ia menyuruhku untuk langsung ikut dia pergi. Aku tidak diijinkan pulang untuk bersiap-siap. Ia hanya berkata bahwa aku mulai kerja dari malam itu juga.

Aku lalu dibawa ke Ancol dan naik ke sebuah kapal besarnya. Baju, makanan semua telah dipersiapkan untukku. Aku langsung bergabung dengan tim yang telah dipersiapkan. Tim ku terdiri dari lima orang. Aku sendiri, seorang pria gendut asal Amerika bernama Tom yang ahli dalam bahan peledak, seorang pria asal korea bernama Sung Yong yang ahli dalam bagian telekomunikasi, seorang wanita asal rusia ber-rambut jabrik dan dicat putih. Ia bernama Nataly. Dan yang terakhir adalah wanita asal Amerika berketurunan Prancis yang menamparku. Ia adalah supervisor dari tim dan tugasnya adalah mengatur tim. Namanya adalah Kelly.

Akhirnya setelah makan malam kami semua kembali kekamar untuk tidur. Kamarku berada tepat disamping kamar Kelly dan saat aku masuk kamar ia melototiku dan masuk ke kamarnya dengan membanting pintu. Aku lalu berpikir, "Kerja dengan supervisor yang membenciku, nasibku memang selalu sial".

Lalu aku masuk kekamar dan tidur. Pada pagi berikutnya kapal pun mendarat dan timku mulai bergerak. Saya baru sadar bahwa saya sudah berada di Jawa Timur. Setelah John memberikan surat perjalanan kepada polisi setempat akhirnya kami melanjutkan perjalanan. Akhirnya kita berjalan sampai ke sebuah hutan. Lalu terlihatlah sebuah candi besar. Lalu kami masuk ke dalam candi itu. Aku menjadi heran karena John hampir tahu semua jalan masuk ke dalam candi.

Setelah beberapa lama ia melihat sebuah obor, lalu ia menuangkan minyak dan menyalakannya. Setelah itu ia mematikan obor itu lalu menyalakannya lagi. Aku menjadi heran apa yang sedang ia lakukan. Setelah ia melakukannya berulang-ulang sebanyak lima kali. Ia mematikan api obor dan memutar obor itu ke bawah. Tiba-tiba dinding rahasia terbuka. Lalu Kelly masuk ke dalam dan mengambil sebuah kotak. Tiba-tiba saat kotak diambil candi itu bergetar dan kami semua lari keluar. Lantai candi itu roboh dan Kelly jatuh ke dalam, namun ia berhasil melempar kotak itu ke Tom dan diselamatkan. Tangan Kelly berusaha memegang erat batu disekitar agar tidak jatuh kebawah lubang, namun gempa yang kuat membuatnya makin terperosot.

Melihat hal itu aku langsung terjun kebawah dan menolongnya. Aku menariknya kuat-kuat ke atas dan berhasil. Pada saat ia naik, tanpa sengaja ia memelukku dan dadanya yang besar montok menekan di dadaku. Otomatis penisku berdiri dan nonjol menyentuh celana jeansnya. Ia merasa sadar dan melihatku. Wajahku langsung berubah merah. Tiba-tiba lantai yang kuinjak roboh dan kami jatuh. Tanganku tanpa sengaja memegang akar tanaman yang kuat. Aku lalu mengendong Kelly dan memanjat akar itu sampai ke atas. Setelah sampai diatas akar tanaman putus dan aku mulai terjatuh bersama Kelly, tapi tiba-tiba tangan John berhasil memegang erat tanganku dan menarik aku dan Kelly ke atas. Kami semua langsung lari dan seluruh Candi itu roboh tenggelam ke dalam tanah.

Lalu John membuka kotak itu dan didalamnya terdapat banyak batu berbentuk persegi panjang dan tipis. Dari batu-batu itu terukir bahasa Sansekerta. Ia lalu menyodorkan batu itu kepadaku. Aku lalu membacanya. Batu itu bertulis bahwa tim kami harus pergi ke Candi Borobudur, maka John tanpa basa-basi memerintah tim kami untuk bergerak ke Borobudur menggunakan jip yang sudah disediakan. Kami pun segera berangkat dan sampai disana hari sudah sore. John lalu menyogok petugas disana agar membiarkan kami masuk. Lalu kami semua masuk ke dalam dan berjalan sampai ke puncak candi.

Lalu aku kembali membaca bahasa Sansekerta dari batu yang kubawa. Dari batu itu tertulis bahwa pintu akan terbuka apabila rambut patung Budha didalam stupa di pegang. John langsung memanjat ke atas stupa besar dan memasukan tangannya ke dalam. Ia berhasil memencet tombol batu dikepala patung dan kemudian sebuah pintu batu terbuka. Lalu kami semua masuk ke dalam dengan seluruh peralatan yang kita bawa. Saat kita masuk pintu batu tertutup kembali. Semakin lama kita masuk semakin besar dan lebar jalan yang kita tempuh.

Beberapa jam kemudian John memerintah kita untuk beristirahat dan membangun kemah. Kami pun membangunnya dan menyiapkan makan malam. Beberapa lampu minyak dan api unggun pun dinyalakan. Kami hampir tidak percaya dengan lubang besar yang dibangun ini. Setelah kami selesai makan malam John menyuruhku membaca lanjutan dari batu kuno itu. Aku membacanya dan ternyata batu itu juga menceritakan kisah jaman Majapahit dimana Raden Wijaya membangun lorong bawah tanah yang besar untuk menyimpan harta dan rahasianya. Batu itu juga menjelaskan bahwa lorong itu sangat panjang dan didirikan selama lebih dari 30 tahun. Semua tim menjadi kaget.

"Sampai kapan kita harus berjalan" tanya Nataly.

Sung Yong pun berkata bahwa gelombang komunikasi terputus karena goa yang dalam ini, sehingga apabila ada bahaya, maka sangatlah tidak mungkin untuk mendapat bantuan dari atas. John berkata bahwa ia tidak akan mundur dan memerintahkan kita untuk beristirahat agar kita bisa melanjutkan perjalanan di esok hari. Maka aku pun masuk ke dalam tendaku. Tak lama kemudian Kelly pun datang dan masuk ke tendaku serta mengagetkanku dari belakang.

"Terima kasih telah menolongku, maaf aku terlalu kasar padamu beberapa hari sebelumnya" katanya.
Aku pun menjawab, "Ah tidak kok, dulu memang kesalahanku".

Lalu kami pun berbincang-bincang dalam tenda.

Lalu ia pun berkata, "Pada saat aku memelukmu, aku merasa penismu berdiri tegang dan menusukku".
Aku menjadi malu dan berkata, "Ah, itu hanya ketidak sengajaan."
Lalu ia merangkak ke depanku dan berkata, "Apakah kau suka padaku".

Aku sedang duduk dan bersender ke belakang tidak bisa berkata apa-apa. Lalu wajah Kelly makin dekat ke wajahku dan melihat mataku.

"Kau mempunyai mata yang indah katanya".

Wajahnya hanya 1 cm di depanku. Lalu dia mencium bibirku dan memelukku. Aku pun merangkulnya dan membalas ciuman hangatnya. Dadanya yang montok menempel di dadaku dan ia berbaring di badanku sambil ciuman. Penisku otomatis menegang dan menonjol menusuk celana jeansnya.

Ia lalu tersenyum dan berkata, "Nah kan, nonjol lagi".

Bersambung ke Bagian 2

Read More..

Warisan Leluhur 2

Sambungan dari Bagian 1

Lalu ia membuka celanaku dan menelanjangiku. Ia sendiri juga membuka celana jeansnya dan terlihat celana dalam yang tipis dan kecil berwarna pink. Penisku bertambah berdiri dan dipegang olehnya.

"Wah kecil sekali, aku mau lihat yang lebih besar".

Lalu ia membuka bajunya dan kutangnya. Lalu ia merangkulku dan kedua payudara montoknya menempel didadaku. Aku merasa hangat dan nikmat karena aku belum pernah melakukan seks sebelumnya, dan seks pertamaku langsung dengan wanita bule ini. Penisku berdiri dan melebar.

"Nah begitu dong" katanya.

Ia lalu mengulum dan menjilati penisku. Aku merasa nikmat sekali dan memegang rambut panjangnya. Setelah itu aku berbaring dan ia merangkak ke depanku. Payudaranya yang besar menyentuh wajahku dan langsung saja kujilati dan kukunyah. Setelah 20 menit ia berbalik badan dan duduk didadaku. Pantatnya menghadap wajahku, lalu ia membuka celana dalamnya secara pelan-pelan. Penisku langsung bertambah besar.

"Yeah, I know you like it" katanya.

Setelah celana dalamnya dilepaskan ia langsung mengangkat pantatnya dan duduk diwajahku. Vaginanya licin karena ia sering memotong bulu vaginanya sampai ludes. Aku menjilati vagina dan lubang pantatnya tanpa henti. Setelah lama kemudian ia mengalami kejang dan vaginanya terbuka lebar seperti pintu bendungan, dan air ovumnya pun mengalir deras ke dalam mulutku lalu kuhisap dan kutelan semuanya. Setelah itu ia membalikan badannya dan duduk diselangkaanku. Ia lalu memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan bergerak liar bagaikan menunggang kuda liar di texas. Penisku terpijat dan tertarik kesana kemari.

Kami mendesah keras, "Ah.. Ah.. Uh.. Uh.."

Ia lalu memerintahkan agar aku ikut bergoyang agar percumbuan itu terasa lebih nikmat. Aku pun menggoyangkan pantat ku dan kedua tanganku memeras payudara montoknya. Ia lalu bergerak lebih liar lagi dan menamparku berulang-ulang.

"Come on, Why are you so weak? You can do it better."

Akhirnya aku mencapai tahap orgasme dan spermaku muncrat semuanya. Ia lalu menjilati dan menghisap semua spermaku. Setelah itu pipiku semua merah akibat tamparan sadisnya.

Kemudian kami memakai baju dan ia merangkak keluar dari tenda. Tiba-tiba terdengarlah suara tepuk tangan dan sorak sorai dari luar tenda. Ternyata semua timku menyaksikan bayangan ku dan Kelly dalam bercinta. Kelly pun bersorak, "Hore.. Yey.." lalu ia menarikku keluar, namun aku enggan karena malu. Akhirnya setelah lama aku pun keluar dan semua orang bersorak padaku. Aku menjadi malu dan mukaku semua merah. Aku hanya bisa tersenyum saja, dan semua timku tertawa melihat gayaku. Lalu kami semua kembali tidur untuk perjalanan di esok hari.

Beberapa jam kemudian aku dibangunkan oleh John, atasanku. Aku melihat langit masih gelap, namun John berkata bahwa hari sudah pagi. Ternyata aku lupa kalau kami berada didalam goa. Jam alarm John berbunyi mempertandakan hari sudah jam 8 pagi. Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan sampai jam 8 malam. Tiba-tiba Tom menginjak sebuah tulang, lalu kami meneliti tulang tengkorak itu, dan terlihatlah bendera dan perlengkapan baju besi dari kerajaan Manchuria di China. Ternyata pada jaman dulu raja Manchuria dari China mengetahui rahasia Raden Wijaya dari Majapahit sehingga menugaskan tentaranya untuk merampas harta itu. Namun malang dan semua tentara terbunuh.

Kelly yang memiliki pengetahuan kedokteran meneliti tulang-tulang itu dan terlihat tulang berwarna unggu disetiap tentara yang berarti mereka semua keracunan. Tiba-tiba terdengar suara aneh ke arah mereka dari belakang. Saat disenter terlihat ratusan kalajenking berwarna biru kehijauan menyerbu ke arah kami dengan sangat cepat. Timku langsung lari terbirit-birit namun badan Tom kegendutan sehingga ia tidak bisa berlari cepat dan menjadi target utama.

Dalam sekejap badan dia diselimuti kalajengking. Ia lalu memerintah kami untuk kabur dan ia menyalakan semua dinamitnya sekaligus. Lalu terjadilah ledakan besar dan meruntuhkan dinding goa. Dinding goa itu runtuh semua dan memblokir jalan kita untuk kembali, namun hal itu ada baiknya juga karena kalajengking beracun itu juga tidak bisa lewat. Maka kami meneruskan perjalanan dan menghargai keberanian Tom. Lalu kami berjalan beberapa jam dan mendirikan tenda untuk beristirahat.

Pada malam harinya setelah kami merasa kenyang dan tidur, aku berjalan keluar tenda sendirian untuk kencing. Setelah selesai kencing aku melihat sebuah sinar dari balik batu, maka aku pergi kesana dan mengintip. Terlihatlah Kelly dan Nataly melakukan seks. Ternyata mereka juga sanggup melakukan lesbian. Saat aku ke mengintip mereka berdua sudah telanjang semua. Terlihat Nataly sedang menjilati vagina dan pantat Kelly. Mereka melakukan posisi 69. Kelly juga menjilat vagina dan pantat Nataly dengan tidak kalah ganasnya. Setelah agak lama melakukan hal itu.

Mereka langsung duduk dan saling berhadapan. Lalu mereka saling memeluk dan berciuman secara ganas. Dada mereka berdua saling beradu dan bergesek. Setelah hal itu dilakukan selama setengah jam lalu Kelly tiduran dilantai dan Nataly menduduki vaginanya. Lalu vagina Nataly digesek-gesekan ke vagina Kelly, dan mereka berdua mendesah keras. Lalu Nataly merangkak ke depan dan mengesek-gesekan payudaranya ke payudara Kelly. Kedua wanita itu saling mengesek-gesekan payudara dan vagina mereka ke lawannya masing-masing. Aku tidak tahan lagi melihat hal itu dan terselip jatuh dari atas batu.

Mereka berdua kaget dan mempelototiku, setelah itu mereka saling berpandangan dan tersenyum. Setelah itu mereka lalu berjalan ke arahku dan menelanjangiku. Kelly langsung menciumku dan lidahnya mengaduk-aduk lidahku. Sedangkan Nataly menjilati penisku tanpa ampun. Dada Kelly menempel erat didadaku. Setelah itu Nataly bangun dan duduk diwajahku. Aku lalu menjilati vaginanya yang sudah basah itu. Kelly langsung mencumbui penisku dan mereka berdua duduk diatas badanku yang terbaring dilantai. Setelah itu Mereka berdua bangun dan ganti posisi. Pantat Nataly dinunggingkan dan penisku masuk mencumbui pantatnya. Kelly tiduran terlentang di punggung Nataly dan menyodorkan pantatnya agar kujilat.

Setelah 20 menit Kelly bangun dari punggung Nataly, dan giliranku yang tiduran dipunggungnya. Lalu aku meremas payudara Nataly. Penisku masih mencumbui pantat Nataly. Kepala Nataly-pun dimiringkan setengah ke atas agar kami bisa berciuman. Kelly tidur diatas punggungku dan kedua buah payudaranya menempel dipunggungku. Aku benar-benar merasa nikmat karena dipijit seperti roti hamburger. Kami bertiga berdesah keras dan akhirnya mengalami orgasme keras. Spermaku disemprotkan ke dalam pantat Nataly. Setelah itu kami semua berpakaian dan Nataly duduk diatas batu dan merokok.

Tiba-tiba sebuah benda tajam besar datang menembus perut Nataly dan mengangkatnya ke atas. Kelly langsung berteriak dan aku menyenter batu itu. Ternyata Nataly duduk diatas seekor kalajengking berukuran raksasa berwarna biru kehijauan. Ternyata itu adalah ratu kalajengking beracun. Nataly pun mati kesakitan. Aku membawa Kelly kabur bersama John dan Sung Yung. Kalajengking itu tidak mengejar kami karena ia sudah mempunyai makanan sendiri. Setelah lama kami berlari akhirnya kami kelelahan dan beristirahat.

Dikeesokan harinya kami melanjutkan perjalanan dan kali ini kami menemukan sebuah batu dan ada kotak kecil diatasnya. Aku membaca batu bertulisan Sansekerta yang kubawa dan ternyata kami sudah sampai ditempat tujuan. John langsung mengeluarkan pistol dan membunuh Sung.

"Terima kasih sekarang tugas kalian sudah habis".

Ternyata aku baru sadar bahwa John lebih mengetahui rahasia harta itu dari siapapun. Harta itu adalah sebuah keris keramat yang digunakan oleh Raden Wijaya sepanjang hidupnya. Barang siapa yang memiliki keris itu akan menjadi penguasa dan negaranya akan kuat dan hebat. John berusaha untuk memiliki keris itu.

Aku menjadi marah karena aku tidak mau barang warisan dari leluhurku dirampas oleh orang munafik dan serakah. Maka aku melempar batu dan mengenai kepala John. Kelly lari ke arah John dan menusuk perutnya. John kesakitan dan menembaki Kelly tepat dikepalanya. Kelly pun meninggal. Aku langsung menyerang dan mendorong John hingga jatuh, namun badannya yang besar melemparku dan tanpa sengaja aku menabrak tombol batu yang besar didinding. Tiba-tiba langit dinding goa terbuka dan terlihatlah jalan keluar. Aku segera lari ke arah itu dan John melepaskan tembakan. Beberapa saat kemudian John berpaling kebelakang dan terlihatlah kalanjengking raksasa yang kemarin malam. John ketakutan dan tidak bisa kabur. Ia dimakan oleh kalajengking itu. Sedangkan aku berhasil lari. Namun kalajengking itu mengejarku.

Tak lama kemudian aku melihat ada air bah datang dari depan. Kalajengking raksasa itu ketakutan dan kabur. Aku menahan air itu dan berusaha berenang menyelusurinya. Setelah sekian lama aku menemukan jalan keluar, namun aku berada didalam laut. Lalu akupun berenang keluar. Aku berusaha menahan napas dan berenang sekuat tenaga untuk keluar dari air, telingaku sakit sekali dan hampir mengeluarkan darah. Aku berusaha memejam mataku dan berenang terus-terusan ke atas. Akhirnya aku muncul dipelabuhan dan para nelayan memarahiku karena ikan mereka semua kabur karenaku.

Aku lalu naik ke atas dan berdiri. Terlihat tulisan besar perkampungan Nelayan di depanku. Lalu aku melihat ke sebelah kanan, dan dari jauh ada gerbang besar bertulisan, 'Selamat datang di Pantai indah Kapuk'. Ternyata aku telah kembali berada di Jakarta Utara. Lalu aku mengeringkan badanku dan naik bajaj pulang ke rumah. Beberapa tetangga menanyaiku,

"Pergi kemana selama beberapa hari ini? Enak enggak pergi sama wanita bule?"

Aku baru sadar kalau tidak ada orang yang tahu apa yang terjadi. Aku lalu kembali ke kamarku dan melamun. Aku hampir tidak percaya pengalaman yang ke alami. Namun aku akan merahasiakan hal ini agar warisan leluhurku tidak jatuh ke tangan yang salah. Tetangga dan teman-temanku boleh melecehkanku namun mereka juga tidak akan percaya kalau aku baru saja menyelamatkan warisan nenek moyang kita dari tangan orang asing. Dalam hati aku kagum pada nenek moyang kita yang membangun jalan rahasia itu dari candi borobudur sampai ke pelabuhan Tanjung Priok.

E N D

Read More..

Seluruh Lelaki Ingin Memperkosaku

Kalau ada orang yang benci pada dirinya sendiri, barangkali aku adalah orangnya. Aku sungguh benci pada tubuhku, wajahku, rambutku dan semuanya. Ya.., perasaan itu semua timbul karena segala kelebihan yang kumiliki justru mengancam diriku sendiri. Berkali-kali jiwaku terancam karena mereka ingin memperkosaku.

Yang Jebih mengherankan adalah mereka bukanlah orang lain, melainkan orang-orang yang aku kenal. Orang yang sangat dekat dengan diriku. Sungguh memalukan.

Sampai sekarang aku masih terus memikirkan mengapa orang-orang di sekelilingku ingin memperkosaku. Ya ayah kandung, ayah tiriku, dan paman. Entah mengapa mereka begitu bernafsu melihatku. Padahal mestinya mereka jadi pelindungku. Aku hampir tak percaya akan semua ini. Begitu berat beban yang harus kupikul sehingga aku hampir bunuh diri. Kupikir hanya itu jalan satu-satunya untuk keluar dan persoalan ini.

Beruntunglah saat aku mengambil pisau dapur ketahuan paman. Saat itu juga aku dicegah untuk tidak melanjutkan niatku. Aku terksiap begitu dibentak paman, "Apa kamu sudah gila ya?" Mendengar itu aku cuma bisa menangis, tak kuasa berbuat apa-apa. Rasanya segala yang kuperbuat serba salah.

Waktu itu aku memang ikut paman, setelah ayah dan ibu bercerai. Aku berpikir dengan ikut paman akan lebih aman. Tidak berpihak kepada ayah maupun ibu. Biarlah paman Sebagai pengganti orang tuaku.

Di rumah itu aku diberi kamar sendiri. Kebetulan paman dan bibi tidak punya anak. Hitungannya aku ini sebagai anak angkatnya. Mugkin karena itu aku sangat diperhatikannya, meski aku diambilnya ketika usiaku sudah menginjak remaja, 16 tahun.

Hari-hari pertamaku tinggal bersamanya dengan penuh keceriaan. Akupun mulai lupa dengan persoalan ayah dan ibu. Kupikir tak ada gunanya aku ikut memikirkan persoalan mereka, toh aku sudah dewasa.

Dalam sehari-hari aku memang tergolong gadis yang lincah. Dalam berbusana aku paling suka dengan rok mini. Mungkin karena aku senang menampakkan kelebihanku pada paha dan kaki yang putih mulus. Ditambah tubuhku yang ramping dan padat berisi. Dengan tinggi badan 167 cm dan berat 48 kg, ditunjang dengan kesempurnaan payudaraku yang berukuran 36C memang membuat banyak pria yang tertarik bahkan tergila-gila pada diriku.

Sungguh aku tak menyangka jika kesempurnaan penampilanku yang seperti itu malah menjadi bumerang. Memang banyak pria kemudian tergoda melirikku. Tapi yang tidak kusangka sama sekali kalau bahkan pamankupun ikut tergoda.

Malam itu aku tidur tanpa sempat ganti baju. Tidak biasanya aku memang ganti baju. Hanya kalau ingin saja, aku ganti baju tidur. Saat tidur itulah rupanya aku lupa mengunci pintu kamar. Aku baru terbangun ketika kurasa ada tangan nakal mengusap-usap pahaku. Betapa aku terkejut, ternyata yang ada di sisi tempat tidurku adalah pamanku sendiri. Aku terpekik, tapi seketika itu juga tangan paman membekap mulutku.

Dengan penuh harap aku memohon agar paman tak melanjutkan niatnya. Pamanpun memohon maaf dan menyatakan kehilafannya. Kuakui istri paman memang tidak begitu cantik. Ia juga tak begitu pintar merawat diri, sehingga tubuhnya yang gemuk dibiarkan begitu saja. Dalam berpakaian sekenanya, paling banter pakai daster lusuh atau kaos oblong. Kupikir-pikir memang, kok mau-maunya paman sama bibi. Apa tidak ada wanita lain, kata batinku.

Aku tak menyalahkan kalau kemudian paman melirik wanita lain, yang tidak kumengerti karena wanita yang dipilih adalah aku, kemenakannya sendiri. Untuk beberapa hari aku masih terus berpikir, jangan-jangan paman akan mengulangi perbuatannya lagi. Itu makanya setiap tidur aku tak bisa nyenyak. Kadang-kadang tengah malam aku terbangun, hanya khawatir paman tiba-tiba masuk kamarku.

Setelah kupikir-pikir, akhirnya kuputuskan untuk keluar dari rumah paman. Daripada tiap hari hatiku tak tenang. Sebenarnya bibi sempat bertanya-tanya tentang keinginanku itu. Apalagi aku masih sekolah, saat itu kelas 2 di sebuah SMU Negeri di Surabaya. Tapi dengan alasan aku kangen pada ayah, dia pun melepaskanku. Pamanku sendiri memaklumi, bahkan masih sempat minta maaf berkali-kali padaku. Rupanya dia sangat menyesali perbuatannya.

Selanjutnya aku memang pergi ke rumah ayah di Bali. Aku sudah tak ingat dengan sekolahku. Pikirku yang penting bagaimana bisa terbebas dari rasa takut. Aku berharap dengan ikut ayah hatiku bisa tentram. Sejak pisah dengan Ibu, ayah memang tinggal di sana karena alasan dagang. Ternyata ayahku sudah menikah lagi dengan seorang gadis asal Kalimantan. Ayahku sendiri berasal dari Sunda.

Aku lebih memilih tinggal bersama ayah karena ibuku telah menikah lagi Bahkan ibu telah menikah untuk kedua kalinya. Yang terakhir dia menikah dengan seorang pegawai negeri.

Ketika melihat aku datang, ayah sangat senang. Kebetulan dari pernikahan dengan gadis Kalimantan itu, ayah belum juga dikaruniai anak. Jadilah aku dijadikan anak yang manja. Bagi ibu tiriku juga tak masalah. Dia menganggapku sebagai adiknya, kebetulan dia masih sangat muda, usianya sekitar 30 tahun.

Di rumah ini pun aku mendapatkan sebuah kamar. Hari-hariku boleh dikata lebih banyak bersama ibu tiri. Itu karena ayah terlalu sibuk dengan usahanya di luar. Aku hanya bertemu ayah ketika terlambat tidur, atau pagi sekali sebelum dia berangkat kerja.

Sekali waktu aku sudah tertidur pulas ketika ayah datang. Saat itulah ayah masuk ke kamarku yang hanya ditutup kain gorden. Lagi-lagi kejadian serupa yang dilakukan paman terjadi. Aku terbangun ketika ayah sedang asyik mengusap-usap pahaku. Saat itu aku memang sedang mengenakan rok mini. Mungkin ayah sangat terangsang saat menatap rokku yang tersingkap. Aku tak menyangka sama sekali jika ayah bisa berbuat seperti itu. Tidakkah ia ingat bahwa aku ini anaknya, darah dagingnya.

Mengapa dia mesti berbuat seperti itu kepadaku. Toh dia sudah punya istri. Apalagi istrinya juga tidak jelek-jelek amat dan masih muda. Tapi itulah manusia, ketika sudah dikuasai nafsu, akal sehatnya pun hilang. Andai saja aku tak terbangun, entah apa yang terjadi. Mungkin aku sudah ditindihnya. Rupanya Tuhan masib menyayangi diriku. Sejak kejadian itu pikiranku kembali kalut. Kadang-kadang aku berpikir betulkah aku ini anak kandungnya. Jangan-jangan aku cuma anak angkatnya, Sebab kalau memang aku anak kandungnya, mengapa ayah, paman tak melihat aku sebagai bagian dari dirinya.

Seperti ketika paman hendak memperkosaku, akupun berkali-kali menyadarkan ayahku. Aku meminta agar ayah sadar. "Sadarlab pak! Ingat aku ini anakmu masak tega menodai..", kataku setengah berbisik karena takut terdengar ibu tiriku. Untunglah ayah tak memaksa, dan dia pun minta maaf atas apa yang baru ia lakukan.

Esok harinya kami berusaha bersikap seperti biasa, seakan tak terjadi apa-apa. Ayah pun segera berangkat, sepertinya dia sangat malu atas kejadian semalam. Tinggalah aku merenung. Aku lebih banyak berdiam di kamar dengan pura-pura membaca majalah. Padahal hatiku sangat gelisah.

Tidak lama setelah kejadian itu, akhirnya kuputuskan kembali ke Surabaya. Kupikir biarlah aku hidup bersama ibu dan ketiga adik-adikku Selama ini, tiga adik-adikku itu, 2 laki-laki dan seorang perempuan, memang ikut ibu. Barangkali dengan hidup di rumah yang banyak orang aku terhindar dan tangan-tangan jahil. Aku yakin bahwa di rumah ibu lebih aman, apalagi ayah tiriku usianya sudah 50 tahun. Jadi tak mungkin dia macam-macam. Aku juga sekamar dengan adik-adikku.

Sejak saat itu aku juga mulai menjaga penampilanku. Aku tak lagi senang memakai rok mini meski itu menjadi busana favoritku. Tapi barangkali sudah suratan nasibku harus jadi korban kebiadaban. Aku tak habis pikir ada apa sebenarnya ditubuhku sehingga bisa memancing hasrat para lelaki untuk memperkosaku.

Hari ini, siang hari, ketika adik-adikku pada sekolah dan ibu ke pasar. Tiba-tiba saja ayah tiriku yang biasa kupanggil abah sudah mendekapku dari belakang. Belum sempat aku bertanya, dia sudah membalikkan tubuhku dan mendorongku ke tempat tidur. Dalam posisi berhadap-hadapan, akhirnya aku berusaha lepas sambil mengingatkannya. Aku memohon pada abah agar dia tak melakukannya. Pada saat-saat genting itulah ibu datang dan menyelamatkan diriku.

Aku langsung keluar dan mengadu pada ibu. Di pangkuannya aku menangis sejadi-jadinya. Mengetahui kejadian itu, ibu sangat marah. Tapi rupanya abah sudah pergi meninggalkan rumah. Sejak saat itu ibu mewanti-wanti. Ia bilang kalau ada apa-apa jangan sungkan-sungkan mengatakannya.

Entah sudah berapa hari abah tidak pulang, tapi yang kutahu kemudian Ibu mencaci maki abah ketika kembali ke rumah. Abah rupanya sadar dan minta maaf berkali-kali kepada Ibu. Ia juga memanggilku kemudian minta maaf atas perbuatannya. Aku dan Ibu akhirnya berangkulan dan bertangis-tangisan. Kulihat abah hanya menunduk lesu di kursi. Barangkali juga menangis.

Sejak kejadian itu aku betul-betul dibuat bingung. Mau pergi, tapi mau kemana lagi. Sepertinya aku lolos dan mulut singa, tapi masuk mulut buaya. Akibat kejadian demi kejadian, aku jadi takut dekat laki-laki. Setiap ada laki-laki yang ingin mendekat, aku jadi curiga. Aku betul-betul trauma, tak tahu harus bagaimana menghadapinya.

Berhari-hari aku merenung, tapi ibu terus membesarkan hatiku agar tabah menghadapi cobaan ini. Yang penting belum terjadi kan? Percayalah untuk kedua kalinya takkan terulang lagi. Imi akan menjagamu Nak", kata ibuku memberi keyakinan. Untuk tidak menambah kalut pikiran ibu, akupun mengurungkan niatku untuk menceritakan kejadian sebelumnya. Sampai sekarang dia tak tahu kalau sebenarnya percobaan perkosaan ini sudah untuk ketiga kalinya menimpa anak gadisnya. Pikirku biarlah masalah ini kupendam sendiri, yang penting kegadisanku masih utuh. Aku hanya berharap jangan sampai terulang lagi.

Hari-hari selanjutnya kucoba menenangkan diri sambil terus memperbaiki sikapku. Aku juga mulai mengisi hari-hariku dengan kesibukan. Daripada tidak Sekolah, aku ikut kursus komputer dan Bahasa Inggris. Bukan itu saja, diwaktu-waktu senggang aku masih sempatkan ikut fitnes, meski hanya sekali atau dua kali seminggu. Sungguh, dengan ikut fitnes itu tubuhku makin tampak padat berisi dan kata teman-teman aku tambah cantik. Tapi walaupun begitu aku jarang sekali memakai rok, apalagi rok mini. Aku lebih suka memaka celana panjang dengan baju yang tertutup.

Abahku juga rupanya sudah menyadari kesalahannya dan tak pernah lagi melirik-lirik diriku. Mungkin takut sama ibu. Mereka berdua tampak lebih sibuk mengurusi tokonya yang selalu ramai dengan pengunjung.

Disaat-saat aku mulai tenang, timbul masalah-masalah baru dalam hidupku. Dua orang paman tiriku, saudara abah tiriku sama-sama mencintaiku. Pamanku itu kakak beradik, tapi hatiku berkata lebih senang adiknya. Bukan saja usianya yang lebih pas dengan usisiaku, tapi juga wajah adiknya lebih ganteng.

Rupanya mereka berdua, sebut saja Paman A dan Paman B saling bersaing ketat untuk merebut hatiku, meski di antara mereka tak saling tahu. Entah mengapa aku begitu sulit menolak ajakan mereka. Makanya ketika A membelikan cincin atau keperluan lainnya, akupun menerimanya saja. Padahal Jujur kukatakan aku tak begitu suka dengannya. Kepada B aku suka, tapi sayang terlalu pecemburu. Aku khawatir terjadi apa-apa di antara mereka.

Pada saat bersamaan aku berkenalan dengan Kus, seorang rnahasiswa sebuah PTS di Surabaya. Pemuda ini cukup terpelajar, akupun senang. Herannya, yang mengenalkan Kus kepadaku adalah paman B. Mereka adalah teman akrab. Aku betul-betul dibuat bingung oleh ketiga laki-laki ini. Semuanya punya kelebihan dan kekurangan. Kus sendiri mengaku telah punya tunangan. Tapi katanya dia lebih mencintai aku.

Dalam usia 19 tanun sekarang sebenarnya aku juga sudah kepingin kawin. Tapi siapa di antara ketiga laki-laki itu yang layak kupilih? Dengan A atau B tidak mungkin, sebab bagaimanapun dia adalah pamanku, meski hanya paman tiri. Dengan Kus aku masih ragu, walaupun seandainya disuruh memilih aku pilih dia.

Dalam kebingunan, rasanya aku ingin pergi jauh untuk menenangkan diri. Aku ingin kerja, meski itu di luar negeri sekalipun. Tentu pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan yang kumiliki. Tapi dimana?

TAMAT

Read More..

Penyesalanku

Saya memiliki seorang adik yang bernama Lionel. Dia berusia 12 tahun dan bersekolah di salah satu SMP di Jakarta Timur. Beberapa bulan yang lalu, Lionel datang mengunjungiku karena dia sedang dalam liburan selama 1 bulan dan saya tidak begitu tahu liburan apa, yang pasti saya senang sekali karena adikku datang dari Jakarta. Di saat itu, Lionel datang bersama temannya yang bernama Lyndon. Lionel berkata bahwa dia sempat singgah 1 hari di Singapura karena dia mesti menjemput Lyndon yang sedang sekolah SMP juga di Singapura dan bersama-sama pergi ke Roma, Italy.

Disaat adikku dan temannya datang, Erick kebetulan sedang tugas di luar negeri sehingga saya bisa menyempatkan untuk pergi berjalan-jalan bersama adikku dan temannya. Setelah seharian saya menemani Lionel dan Lyndon, saya merasa lelah sekali sehingga saya memutuskan untuk beristirahat setelah kami bertiga selesai mengelilingi kota Roma.

Di saat saya sedang terlelap tidur, tiba-tiba saya merasakan ada 2 orang laki-laki yang sedang menggerayangi tubuh saya dan membuat saya terbangun dari tidur dan melihat apa yang sedang terjadi. Saya sempat kaget karena saya menemukan tubuh saya dalam keadaan telanjang total dan saya melihat Lionel sedang mengulum payudara saya yang sebelah kiri sedangkan Lyndon, temannya sedang mengemut payudara saya yang sebelah kanan sambil tangannya mulai nakal karena mulai menggerayangi bagian sensitif saya yaitu di sekitar kelamin dan klitoris.

Saat itu saya teringat sekali bahwa ada 2 pikiran yang berlainan berkecamuk di dalam diri saya. Di satu pihak, saya tidak mau bercinta dengan adik saya sendiri sedangkan di lain pihak, saya semakin terangsang dengan permainan mereka apalagi Lyndon semakin liar memainkan tangannya di bagian klitorisku sehingga membuat saya mendesah-desah sambil mengelus-elus leherku yang cukup jenjang.

Adikku mulai menghentikan aksinya dan mulai mendekati kelaminku dan dia mulai menjilati liang kenikmatanku dengan lidahnya yang masih kecil. Saya merasakan kenikmatan yang belum pernah kudapatkan dari seorang bocah kecil dan saya mengetahui bahwa mereka sedang mempelajari cara memuaskan seorang wanita karena Lionel menjilati liang kewanitaan saya sambil kadang-kadang melihat ke buku pornonya yang memperlihatkan gambar seorang wanita telanjang dan sekali-kali memperlihatkan ke temannya. Saya kurang mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh mereka karena saya mulai merasakan getaran-getaran hasrat yang membuatku ingin bercinta dengan adikku sendiri.

Saya langsung berkata kepada Lionel, "De, kamu entotin Cici ya.. Cici udah nggak tahan nih". Dengan polos, Lionel menjawab, "Gimana caranya, Ci?". Dengan tenang kemudian, saya menyuruh Lionel untuk berbaring dan saya menyuruh temannya untuk pindah tempat sebentar. Saya mulai mengarahkan batang kemaluan Lionel yang masih kecil tetapi sudah menegang dan mulai memasukkannya ke dalam lubang kelaminku. Saya melihat Lionel mulai meringis merasakan sensasi dan ketika dia mendesah-desah karena kenikmatannya berada di dalam liang kenikmatanku, saya mulai menggoyangkan tubuhku sehingga Lionel mulai menggelinjang merasakan kenikmatan.

Di saat saya sedang berada di atas Lionel, Lyndon kemudian mendekati saya dan memasukkan batang kemaluannya yang juga telah menegang ke dalam mulutku. Dengan lahapnya, saya terus mengulum batang kemaluan Lyndon sementara saya masih menaik-turunkan badan saya yang berada di atas tubuh Lionel sehingga secara nafsu, Lionel langsung mengelus-elus payudara saya sehingga saya merasakan sesuatu kenikmatan yang pernah saya dapatkan dengan Erick, Polly dan Herman.

Tidak beberapa lama, mungkin karena Lionel baru pertama kali, tiba-tiba dia mempercepat gerakannya dan dia memeluk saya erat sekali dan saya telah dapat merasakan cipratan sperma yang keluar membasahi liang kenikmatan saya dan di saat yang bersamaan saya juga mengalami nikmatnya surga dunia sambil terus mengulum batang kemaluan Lyndon yang masih berada di dalam mulut saya.

Tidak lama kemudian, tiba-tiba Lyndon meminta gilirannya dan dia langsung berbaring di sebelah saya. Dengan cara yang sama, saya mulai berada di atas Lyndon dan mulai memasukkan batang kemaluan yang sudah tegak berdiri ke dalam selangkangan saya yang masih memerah dan masih ada cairan kenikmatan dari adik kandung saya. Saya memasukkan batang kemaluan Lyndon perlahan-lahan dan saya telah dapat melihat perbedaan ekspresi wajah Lyndon ketika batang kemaluannya telah memasuki goa kenikmatan saya. Lyndon meringis kenikmatan dan dia memeluk saya dan mengulum bibir saya. Dengan nafsunya, Lyndon menggenjot tubuh saya yang berada di atasnya sambil sekali-kali memainkan payudara saya yang cukup besar. Saya masih terus bercinta dengan Lyndon sampai titik kenikmatan penghabisan yang dia muncratkan ke dalam liang kewanitaanku.

Adikku dan temannya telah KO karena kehabisan tenaga tetapi saya masih belum puas karena sejujurnya saya termasuk cewek hiperseks. Saya dapat mengerti mereka cepat klimaks karena mereka masih belajar dan saya senang mereka cepat belajar. Saya sempat menanyakan ke mereka berdua kenapa mereka nekad menggauli saya padahal saya tidak menyuruhnya. Rupanya, mereka sama persis seperti Herman Irwanto karena mereka mengetahui bahwa saya gila seks ketika mereka membaca situs favorit mereka yang beralamat di http://www.17tahun.com dan saya sempat kaget mendengar alamat URL yang mereka sebutkan karena saya selalu mengirimkan pengalaman-pengalaman gila saya ke alamat tersebut dan sekarang mereka telah mengorbankan keperjakaan mereka karena mereka ingin mencicipi kelamin Florence Kim yang sangat menyukai seks.

Saya mengharapkan saya dapat mengenal banyak orang-orang Indonesia yang tinggal di Roma dan tentunya mereka mesti menyukai permainan seks bebas. Kisah ini terjadi secara nyata dan beberapa minggu setelah kejadian saya bercinta dengan adik saya dan temannya, saya merasakan mual-mual dan saya sempat kaget karena saya dinyatakan hamil oleh dokter. Saya tidak tahu mesti berkata apa kepada Erick karena bayi yang saya kandung belum tentu adalah milik Erick karena saya pernah bercinta dengan banyak orang dan mudah-mudahan ini bukan bayi Polly atau saya bisa menjadi gila jika ini beneran bayi Polly. Saya sangat menyesal tetapi semuanya telah terlambat.

TAMAT

Read More..

Pelajaran Bercinta

Aku Sony, berumur 23 tahun. Ini cerita mengenai pengalamanku. Pertama-tama aku mau cerita soal diriku. Aku saat ini kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang. Di Malang aku tinggal dengan tanteku. Tanteku orangnya masih muda, umurnya hanya selisih 3 tahun denganku. Itulah mengenai diriku, dan selanjutnya silakan ikuti pengalamanku ini.

Saat itu aku baru saja pulang kuliah, langsung saja kumasuk ke kamar. Ketika baru sampai di depan pintu kamar, samar-samar kudengar tante sedang bicara dengan temannya di telpon. Aku orangnya memang suka jahil, kucoba menguping dari balik pintu yang memang sedikit terbuka. Kudengar tante mau mengadakan pesta seks di rumah ini pada hari Sabtu. Aku gembira sekali mendengarnya. Untuk memastikan berita itu, langsung saja aku masuk ke kamar tante. Setelah selesai telpon, tante kaget melihatku sudah masuk ke kamarnya.

"Lho Son, Kamu udah pulang rupanya. Kamu ada perlu ama Tante, ya..?" katanya.
Aku langsung saja to the point, "Tante, Sony mau nanya.., boleh khan..?" kataku.
"Boleh aja keponakanku sayang, Kamu mau nanya apa..?" sambungnya sambil menyubit pipiku.
"Tapi sebelumnya Sony minta maaf Tante, soalnya Sony tadi nggak sengaja nguping pembicaraan Tante di telpon."
"Aduhh.. Kamu nakal ya Son, awas nanti Aku bilangin ama Mama Kamu lho. Tapi.. Oke dech nggak apa-apa. Terus apa yang mau Kamu tanyakan, ayo bilang..!" katanya agak jengkel.
"Sony tadi dengar Tante ama teman Tante mau ngadain pesta seks disini, benar itu Tante..?" kataku pelan.
"Idihh.. jorok ach Kamu. Masak Tante mau ngadain pesta seks disini, itu nggak benar Son."
"Tapi tadi Sony dengar sendiri Tante bicara ama teman Tante, please donk Tante, jangan bohongin Sony. Nanti Sony bilangin ama Om kalau Tante mau ngadain pesta disini." kataku agak mengancam.

"Apaa..! Aduhh.., Son, please jangan bilang ama Om Kamu. Iya dech Tante ngaku." katanya agak memohon.
"Nah, khan ketahuan Tante bohongin Sony." kataku senang.
"Terus Kamu mau apa kalau Tante ngadain pesta..?" katanya penasaran.
"Gini Tante, anuu.., anuu.., Sony.., pengen.. anuu.."
"Anu apa sih Son..? Ngomong donk terus terang..!" katanya tambah penasaran.
"Boleh nggak, Sony ikutan pestanya Tante..?"
Aduh tante melotot lagi sambil berkata, "Udah, ah, Kamu ini kayak orang kurang kerjaan aja."

Terus kurayu lagi, "Yaa.. Tante.. ya.. please..!"
"Tapi ini khan untuk orang dewasa lagi, Kamu ngaco dech. Lagian khan Kamu masih kecil." katanya agak kesal.
"Tapi Tante, Sony khan udah gede, masak nggak boleh ikut. Kalau nggak percaya, Tante boleh lihat punya Sony..!"
Lalu kulepaskan celana dan CD-ku. Lalu terlihatlah batang kemaluanku yang lumayan besar, kira-kira panjangnya 17 cm dengan diameter 10 cm.

Tante kaget sekali melihat ulahku lalu, "Wowww.., Sony sayang.., punya Kamu besar dan panjang sekali. Punya Kamu lebih besar dari Om Kamu. Hhhmm.., boleh nggak Tante pegang kepala yang besar itu Sayang..?" katanya dengan genit.
"Tante boleh ngobok-ngobok kontolku, tapi Tante harus ngijinin Sony ikut pesta nanti..!" kataku agak mengancam.
"Ya dech, Sony nanti boleh ikut. Tapi Tante mau nanya ama kamu, Sony udah pernah ngeseks belom..?" tanyanya.
Lalu kukatakan saja kalau aku belum pernah melakukan seks dengan cewek, tapi kalau raba sana, raba sini, cium sana, cium sini sih aku pernah melakukannya.

"Mau nggak Tante ajarin..?" katanya dengan genit.
Aku hanya terdiam. Lalu tiba-tiba tante meletakkan tangannya di pahaku. Aku begitu terkejut.
"Kenapa Kamu terkejut..? Tante hanya memegang paha Kamu aja kok..!"
Kemudian tante mengambil tanganku, lalu dia mulai menciumi tanganku. Aku merasakan barangku mulai bangun.

Tanteku mulai menciumi leherku, kemudian bibirku dilumat juga. Dia masukkan lidahnya ke dalam mulutku, tanpa kusadari aku mengulum lidahnya. Nafasnya mulai tidak beraturan kudengar. Sementara kami asyik berciuman, tangannya mulai meraba-raba batang kemaluanku. Dia meremas-remas pelan. Aku pun jadi mulai berani. Kumasuki tanganku ke dalam bajunya untuk meraba payudaranya. Kumasukkan tanganku ke dalam bra-nya, terus kuremas-remas.
"Aaahh.." dia mulai mendesah.

Tidak lama aku disuruh duduk di tepi ranjang, sementara tante melepaskan bajunya step-by-step. Mataku tidak berkedip sedetik pun. Aku tidak mau melepaskan pemandangan yang indah itu dari mataku. Kelihatan bra-nya yang berwarna hitam transparan, sehingga payudaranya yang putih dengan putingnya yang merah kecoklatan samar terlihat. CD-nya ternyata berwarna hitam transparan berenda. Kulihat belahan vaginanya yang tidak ada bulunya itu. Lalu dia melepaskan bra-nya, payudaranya yang lumayan besar itu seperti loncat keluar dan mulai berayun-ayun, membuatku tambah tegang saja. Kemudian dia melepaskan CD-nya. Kelihatan vaginanya begitu menarik, agak kecoklatan warnanya. Lalu tante jalan menghampiriku yang duduk di tepi ranjang.

"Tante buka baju Kamu yaa.., Son..?" katanya genit.
Aku hanya mengangguk. Setelah aku telanjang total, tante langsung jongkok di depanku dan menyuruhku membuka kaki lebar-lebar. Batang kejantananku yang sudah tegang itu tepat di depan wajahnya. Lalu dia mulai menjilati kakiku mulai dari jempol kakiku dan yang lainnya. Dia naik ke betisku yang berbulu lebat, persis hutan di Kalimantan. Kemudian dia naik lagi ke pahaku, dielusnya dan dijilatinya, setelah itu dia berpindah ke lubang anusku yang juga dicium dan dijilatinya. Tidak hanya itu, ternyata dia memasukkan jari tengahnya ke lubang anusku. Ohh.., nikmatnya. Lalu dia mulai mengelus-elus batang kejantananku dan tangan satunya memijat-mijat my twins egg-ku.

"Aaahh..!" aku mengerang kenikmatan.
Kemudian dia memasukkan batang kejantananku ke mulutnya, dia hisap penisku, terus diemut-emutnya senjata kejantananku. Dia gerakkan kepalanya naik-turun dengan batang kejantananku masih di dalam mulutnya. Terasa penis saya menyentuh tenggorokannya dan masih terus dia tekan. Masih dia tekan terus sampai bibirnya menyentuh badanku. Semua batang penisku ditelan oleh tanteku, lidahnya menjilat bagian bawah penisku dan bibirnya dibesar-kecilkan, sebuah rasa yang tidak pernah kubayangkan. Penisku kemudian dikeluar-masukkan, tapi tetap masuk seluruhnya ke tenggorokannya.

Setelah beberapa lama dihisap dan dikeluar-masukkan, terasa batang penisku sudah mau mengeluarkan cairan.
Sambil memeras biji kemaluanku dan tangan yang satu lagi dimasukkannya ke dalam lubang pantatku, kubilang sama tante, "Tante.., Aku mau keluar, ohh..!"
Dia keluarkan penisku dan bilang, "Go on come in My mouth. I want to taste and drink your cum, Sony. Hhhmm.."
Penisku dimasukkan lagi, dan sekarang dia memasukkan dengan lebih dalam dan dihisap lebih keras lagi. Setelah beberapa kali keluar masuk, kukeluarkan spermaku di dalam mulut tante, dan langsung ke dalam tenggorokannya. Terasa tengorokannya mengecil dan jari di lubang pantatku lebih ditekan ke dalam lagi sampai semuanya masuk. Aku benar-benar merasakan nikmat yang sulit dikatakan.

Perlahan-lahan dia mengeluarkan batang penisku sambil berkata, "Punya Kamu enak Son.., Tante suka," katanya, "Sekarang giliran Kamu yaahh..!" pintanya.
Kemudian dia berbaring di tempat tidur dan kakinya dikangkanginya lebar-lebar. Tante menyuruhku menjilat vaginanya yang kelihatan sudah basah. Baru pertama kali itu kulihat vagina secara langsung. Dengan agak ragu-ragu, kupegang bibir vaginanya.
"Jangan malu-malu..!" katanya.
Kugosok-gosok tanganku di bibir kemaluannya itu. Mmmhh.., dia mulai mengerang. Lama-lama klitorisnya mulai mengeras dan menebal.
"Kamu jilat dong..!" pintanya.
Kemudian aku menunduk dan mulai menjilati liang senggamanya yang sudah merah itu.
"Mmmhh.., enak juga.." kupikir.

Aku semakin bersemangat menjilati vagina tanteku sendiri. Sedang asyik-asyiknya aku menjilati liang senggama, tiba-tiba badan tanteku mengejang.
Desahannya semakin keras, "Aaahh.., aahh..!"
Lalu muncratlah air maninya dari lubang senggamanya banyak sekali. Langsung saja kutelan habis cairan itu. Mmmhh.., enak juga rasanya.
Kemudian dia bilang, "Ohh.., God.. bener-bener hebat Kamu Son.. lemes Tante.. nggak kuat lagi dech untuk berdiri.., ohh..!"

Lalu dengan perlahan kutarik kedua kakinya ke tepi ranjang, kubuka pahanya lebar-lebar dan kujatuhkan kakinya ke lantai. Vaginanya sekarang sudah terbuka agak lebar. Nampaknya dia masih terbayang-bayang atas peristiwa tadi dan belum sadar atas apa yang kulakukan sekarang padanya. Begitu tante sadar, batang kejantananku sudah menempel di bibir kemaluannya.
"Tante, Sony udah nggak tahan nich..!" kataku memohon.
Dia mengangguk lemas, lalu, "Ohh..!" dia hanya bisa menjerit tertahan.
Lalu selanjutnya aku tak tahu bagaimana cara memasukkan penisku ke dalam liang senggamanya. Lubangnya agak kecil dan rapat. Tiba-tiba kurasakan tangan tante memegang batang kejantananku dan membimbing senjataku ke liang kenikmatannya.

"Tekan disini Son..! Pelan-pelan yaa.., punya Kamu gede buanget sih..!" katanya sambil tersenyum.
Lalu dengan perlahan dia membantuku memasukkan penisku ke dalam lubang kemaluannya. Belum sampai setengah bagian yang masuk, dia sudah menjerit kesakitan.
"Aaa.., sakit.. oohh.., pelan-pelan Son, aduhh..!" tangan kirinya masih menggenggam batang kemaluanku, menahan laju masuknya agar tidak terlalu keras.
Sementara tangan kanannya meremas-remas rambutku. Aku merasakan batang kejantananku diurut-urut di dalam liang kenikmatannya. Aku berusaha untuk memasukkan lebih dalam lagi, tapi tangan tante membuat penisku susah untuk memasukkan lebih dalam lagi.

Aku menarik tangannya dari penisku, lalu kupegang erat-erat pinggulnya. Kemudian kudorong batang kejantananku masuk sedikit lagi.
"Aduhh.., sakitt.., ohh.. sshh.. aacchh.." kembali tante mengerang dan meronta.
Aku juga merasakan kenikmatan yang luar biasa, tak sabar lagi kupegang erat-erat pinggulnya supaya dia berhenti meronta, lalu kudorong sekuatnya batang kemaluanku ke dalam lagi. Kembali tante menjerit dan meronta dengan buasnya.
Aku berhenti sejenak, menunggu dia tenang dulu lalu, "Lho kok berhenti, ayo goyang lagi donk Son..," dia sudah bisa tersenyum sekarang.
Lalu aku menggoyang batang kejantananku keluar masuk di dalam liang kenikmatannya. Tante terus membimbingku dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan goyanganku.

Lama juga kami bertahan di posisi seperti itu. Kulihat dia hanya mendesis, sambil memejamkan mata. Tiba-tiba kurasakan bibir kemaluannya menjepit batang kejantananku dengan sangat kuat, tubuh tante mulai menggelinjang, nafasnya mulai tak karuan dan tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
"Ohh.., ohh.., Tante udah mo keluar nich.., sshh.. aahh.." goyangan pinggulnya sekarang sudah tidak beraturan, "Kamu masih lama nggak, Son..? Kita keluarin bareng-bareng aja yuk.. aahh..!"
Tidak menjawab, aku semakin mempercepat goyanganku.
"Aaahh.., Tante keluar Son..! Ohh ennaakk..!" dia mengelinjang dengan hebat, kurasakan cairan hangat keluar membasahi pahaku.

Aku semakin bersemangat menggenjot. Aku juga merasa bahwa aku juga akan keluar tidak lama lagi.
Dan akhirnya, "Ahh.., sshh.. ohh..!" kusemprotkan cairanku ke dalam liang kewanitaannya.
Lalu kucabut batang kejantananku dan terduduk di lantai.
"Kamu hebat..! Sudah lama Tante nggak pernah klimaks.., oohh..!" katanya girang.
"Ohh.., Sony cape.., Tante!" kataku sambil tersenyum kelelahan.

Kami tidak lama kemudian tertidur dalam posisi kaki tante melingkar di pinggangku sambil memeluk dan berciuman. Aku sudah tidak ingat jam berapa kami tertidur. Yang kutahu, ada yang membersihkan penisku dengan lap basah tapi hangat. Ternyata tante yang membersihkan batang kejantananku dan dia sudah terlihat bersih lagi. Setelah selesai membersihkan penisku, dia langsung menjilatinya lagi. Dengan tetap semangat, batang kejantananku dihisap dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Yang ini terasa lebih dalam dan lebih enak, mungkin posisi mulut lebih cocok dibandingkan waktu aku berdiri.
Dengan cepat batang keperkasaanku menjadi keras lagi dan dia bilang, "Son, sekarang Kamu kerjain Tante dari belakang ya..!"

Dia kemudian membelakangiku, pantat serta vaginanya terlihat merekah dan basah, tapi bekas-bekas spermaku sudah tidak ada. Sebelum kumasukkan batang kejantananku, kujilat dulu bibir vaginanya dan lubang pantatnya. Tercium bau sabun di kedua lubangnya dan sangat bersih. Cairan dari liang senggamanya mulai membasahi bibir kemaluannya, ditambah dengan ludahku. Di ujung kemaluanku terlihat cairan menetes dari lubang kepala kejantananku. Kuarahkan batang kemaluanku ke lubang vaginanya dan menekan ke dalam dengan pelan-pelan sambil merasakan gesekan daging kami berdua. Suara becek terdengar dari batang kejantananku dan vaginanya, dan cukup lama aku memompanya dengan posisi ini.

Tante kemudian berdiri dan bersandar ke dinding di atas tempat tidur sambil membuka pahanya lebar-lebar. Satu dari kakinya diangkat ke atas. Dari bawah, kemaluannya terlihat sangat merah dan basah.
"Ayo masukin lagi sekarang, Son..!" pintanya tak sabar.
Aku dengan senang hati berdiri dan memasukkan batang kejantananku ke liang senggamanya. Dengan posisi ini, kumasuk-keluarkan batang kejantananku. Setiap kali aku mendorong batang penisku ke liang senggamanya, badan tante membentur dinding.
Sambil memelukku dan sambil berciuman, dia bilang, "Son, Tante mo keluar nich..!"
Kemudian kurasakan lubang senggamanya diperkecil dan memijat batang keperkasaanku dan bersamaan kami keluar dan orgasme. Aku masih bisa juga keluar, walaupun tadi sudah keluar dua kali. Dan yang kali ini sama enaknya.

Kami terus rebahan di kasur sambil berpelukan. Kepala tante di dadaku dan tangannya memainkan penisku yang masih basah oleh sperma dan cairan vaginanya. Dengan nakal tante menaruh jari-jarinya ke wajahku dan mengusap ke seluruh wajahku. Bau sperma dan vaginanya menempel di wajahku. Dia tertawa waktu aku pura-pura mau muntah. Untuk membalasnya, kuraba-raba vaginanya yang masih banyak sisa spermaku dan seluruh telapak tanganku basah oleh sperma dan cairan dia. Pelan-pelan kutaruh di wajahnya, dan wajahnya kuolesi dengan cairan itu. Dia tidak mengeluh tapi justru jari-jariku dijilat satu persatu.

Setelah jari dan tanganku bersih, dia mulai menjilati wajahku, semua bekas sperma dan cairannya dibersihkan dengan lidahnya.
Selesai dengan kerjaannya, dia bilang, "Son, sekarang giliran Kamu yaahh..!"
Wow, tidak disangka aku harus menjilat spermaku sendiri. Karena tidak punya pilihan, aku mulai menjilati cairan di wajahnya, dimulai dari bibirnya sambil kukulum keras-keras. Nafas tante terasa naik lagi dan tangannya mulai memainkan batang kejantananku. Tidak disangka kalau aku bisa juga membersihkan wajahnya dan menjilat spermaku sendiri.

Tanganku diarahkan ke liang senggamanya dan digosok-gosokkan ke klit-nya. Kami saling memegang kira-kira 30 menit. Terus kami berdua mandi untuk membersihkan badan kami.

TAMAT

Read More..

Menantu Perempuan

Frans, 56 tahun, dengan perutnya yang gendut yang kebanyakan minum bir, kepalanya mulai botak dan sudah menduda selama 10 tahun. Setelah rumahnya dijual untuk membayar hutang judinya, dia terpaksa datang dan menginap di rumah putranya yang berumur 28 beserta menantu perempuannya. Sekarang dia harus menghabiskan waktunya dengan pasangan muda tersebut sampai dia dapat menemukan sebuah rumah kontrakan untuknya.

Diketuknya pintu depan dan Ester, menantu perempuannya yang berumur 24 tahun, muncul dengan memakai celana pendek putih dan kemeja biru dengan hanya tiga kancing atasnya yang terpasang, memperlihatkan perutnya yang rata. Rambutnya yang berombak tergerai sampai bahunya dan mata indahnya terbelalak menatapnya.

"Papi, aku pikir Papi baru datang besok, mari masuk", katanya sambil berbalik memberi Frans sebuah pemandangan yang indah dari pantatnya.

Dengan tingginya yang 175 itu, dia terlihat sangat cantik. Dia mempunyai figur sempurna yang membuat lelaki mana pun akan bersedia mati untuk dapat bercinta dengannya.

"Johan masih di kantor, sebentar lagi pasti pulang."
"Kupikir aku hanya tidak mau ketinggalan bus", kata Frans sambil duduk.
"Tidak apa-apa", jawab Ester sambil membungkuk ke depan untuk mengambil sebuah mug di atas meja kopi.

Dengan hanya tiga kancing yang terpasang, itu memberi Frans sebuah pemandangan yang bagus akan payudaranya, kelihatan sempurna. Memperhatikan hal tersebut menjadikan Frans ereksi dengan cepat, dan dia harus lebih berhati-hati untuk menyembunyikan reaksi tubuhnnya. Ester duduk di sofa di depan Frans dan menyilangkan kakinya, memperlihatkan pahanya yang indah. Posisi duduknya yang demikian membuat pusarnya terlihat jelas ketika dia mulai bertanya pada Frans tentang perjalanannya dan bagaimana keadaannya.

"Perjalanan yang melelahkan", Frans menjawab sambil matanya menjelajahi dari kepala hingga kaki pada keindahan yang sedang duduk di depannya.

Sudah lebih dari 5 tahun sejak Frans berhubungan seks untuk terakhir kalinya. Setelah isterinya meninggal, Frans sering mencari wanita panggilan. Tetapi hal itu semakin membuat hutangnya menumpuk, dan dia tidak mampu lagi untuk membayarnya. Ester menyadari kalau kemejanya memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya pada mertuanya, maka dia dengan cepat segera membetulkan kancing kemejanya.

"Aku harus ke atas, mandi dan segera menyiapkan makan malam. Anggap saja rumah sendiri", katanya sambil berjalan naik ke tangga.

Mata Frans mengikuti pantat kencangnya yang bergoyang saat berjalan di atas tangga dan dia tahu bahwa dia memerlukan beberapa 'format pelepasan' dengan segera. Kemudian telepon berbunyi. Frans mengangkatnya.

"Halo"
"Hallo, ini Papi ya?", itu Johan.
"Ya Jo", jawab Frans.
"Pi, aku khawatir harus meninggalkan Papi untuk urusan bisnis dan mungkin nggak akan kembali sampai Senin. Ada keadaan darurat. Maafkan aku soal, ini tapi Papi bisa kan bilang ini ke Ester, aku harus mengejar pesawat sekarang. Maafkan aku tapi aku akan telepon lagi nanti".

Mereka saling mengucapkan salam lalu menutup teleponnya. Lalu Frans memutuskan untuk menaruh koper-kopernya. Dia berjalan ke atas, melewati kamar tidur utama, terdengar suara orang yang sedang mandi. Frans menaruh koper-kopernya dan pelan-pelan membuka pintu kamar tidur itu lalu menyelinap masuk. Ada sepasang celana jeans berwarna biru di atas tempat tidur, dan sebuah atasan katun berwarna putih.

Frans mengambil atasan itu dan menemukan sebuah pakaian dalam wanita di bawahnya. Ini sudah cukup. Diambilnya celana dalam itu, membuka resluiting celananya, dan mulai menggosok kemaluannya dengan itu. Jantungnya berdebar mengetahui bahwa menantu perempuannya sedang berada di kamar mandi di sebelahnya selagi dia sedang menggunakan celana dalamnya untuk 'sarana pelepasan' dirinya. Dipercepatnya gerakannya sambil mencoba membayangkan seperti apa Ester saat di atas tempat tidur, dan bagaimana rasanya mendapatkan Ester bergerak naik turun pada penisnya.

Frans hampir dekat dengan klimaksnya ketika dia mendengar suara dari kamar mandi berhenti. Dengan cepat Frans meletakkan pakaian itu ke tempatnya semula dan keluar dari kamar itu. Dia menutup pintunya, tapi masih membiarkannya sedikit terbuka. Baru saja dia keluar, Ester muncul dari kamar mandi dengan sebuah handuk yang membungkus tubuhnya. Frans bisa langsung orgasme hanya dengan melihatnya dalam balutan handuk itu, lalu dia tahu dia akan mendapatkan yang lebih baik lagi.

Ester melepas handuknya, membiarkannya jatuh ke lantai, tidak mengetahui kalau mertuanya yang terangsang sedang mengintip tiap geraknya. Dia mendekat ke pintu, saat dia pertama kali melihatnya Frans memperoleh sebuah pemandangan yang sempurna dari pantat yang sangat indah itu. Kemudian Ester memutar tubuhnya yang semakin mempertunjukkan keindahannya. Vaginanya terlihat cantik sekali dihiasi sedikit rambut dan payudaranya kencang dan sempurna, seperti yang dibayangkan Frans. Dia mulai mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk, membuat payudaranya sedikit tergoncang dari sisi ke sisi. Frans menurunkan salah satu kopernya dan menggunakan tangannya untuk mulai mengocok penisnya lagi. Ester yang selesai mengeringkan rambutnya, mengambil celana dalamnya dan membungkuk ke depan untuk memakainya.

Saat melakukannya, Frans mendapatkan sebuah pemandangan yang jauh lebih baik dari pantatnya, dan dia tidak lagi mampu mengendalikan dirinya, dia bisa langsung masuk ke dalam sana dan menyetubuhinya dari belakang. Lubang anusnya yang berwarna merah muda terlihat sangat mengundang ketika pikiran Frans membayangkan apa Ester mengijinkan putranya memasukkan penisnya ke dalam lubang itu. Ketika dia membungkuk untuk memakai jeansnya, gravitasi mulai berpengaruh pada payudaranya. Penglihatan ini mengirim Frans ke garis akhir, saat dia menembakkan spermanya ke seluruh celana dalamnya. Pelan-pelan Frans mengemasi baarang-barangnya dan dengan cepat memasuki kamarnya sendiri untuk berganti pakaian.

Sesudah makan malam, mereka berdua pergi ke ruang keluarga untuk bersantai.

"Kenapa tidak kita buka sebotol wine. Aku menyimpannya untuk malam ini buat Johan tapi karena sekarang dia tidak pulang sampai hari Senin, kita bisa membukanya", kata Ester sambil berjalan ke lemari es.
"Ide yang bagus", jawab Frans memperhatikan Ester membungkuk ke depan untuk mengambil botol wine.

Ketika Ester mengambil gelas di atas rak, atasan putihnya tersingkap ke atas, memberi sebuah pandangan yang bagus dari tubuhnya. Atasannya menjadikan payudaranya terlihat lebih besar dan jeansnya menjadi sangat ketat, memperlihatkan lekukan tubuhnya. Frans tidak bisa menahannya lagi. Dia harus bisa mendapatkannya. Sebuah rencana mulai tersusun dalam otak mesumnya.

Dua jam berbicara dan mulai mabuk saat alkohol mulai menunjukkan efeknya pada Ester. Dengan cepat topik pembicaraan mengarah pada pekerjaan dan bagaimana Ester sedang mengalami stress belakangan ini.

"Kenapa kamu tidak mendekat kemari dan aku akan memijatmu", tawar Frans.

Ester dengan malas berkata ya dan pelan-pelan mendekat pada Frans dan berbalik pada punggungnya lalu tangan Frans mulai bekerja pada bahunya.

"Oohh, ini sudah terasa agak baikan", dia merintih.

Frans tetap memijat bahunya ketika perasaan mendapatkan Ester mulai mengaliri tubuhnya, membuat penisnya mengeras. Mata Ester kini terpejam saat dia benar-benar mulai menikmati apa yang sedang dilakukan Frans pada bahunya. Pantatnya kini berada di atas penis Frans, membuat Frans ereksi penuh.

"Oohh, aku tidak bisa percaya bagaimana leganya perasaan ini, Papi sungguh baik".
"Ini keahlianku", jawab Frans saat dia pelan-pelan mulai menggosokkan penisnya ke pantat Ester.

Ester menyadari apa yang sedang terjadi. Dia tidak menghiraukan apa yang Frans lakukan dengan pijatannya yang mulai 'salah' itu. Dia sangat mencintai suaminya dan tidak pernah akan mengkhianati dia. Dan bayangan tidur dengan mertuanya sangat menjijikkannya. Dia meletakkan kedua tangannya pada kaki Frans saat mencoba untuk melepaskan dirinya dari penis Frans. Tapi dengan gerakan malasnya, hanya menyebabkannya menggerakkan pantatnya naik turun selagi dia menggunakan tangannya untuk menggosok paha Frans. Tahu-tahu dia merasa sangat bergairah, dan dia ingin Johan ada di sini agar dia bisa segera bercinta dengannya. Frans tahu bahwa dia telah mendapatkannya.

"Ini mulai terasa tidak nyaman untuk aku, kenapa kita tidak pergi saja ke atas", ajak Frans.
"Baiklah, aku belum merasa lega benar, tapi sebentar saja ya, sebab aku tidak mau membuat Papi lelah".

Ketika mereka memasuki kamar tidur, Frans memintanya untuk membuka atasannya agar dia bisa menggosokkan lotion ke punggungnya. Dia setuju melepasnya dan dia memperlihatkan bra putihnya yang menahan payudaranya yang sekal. Gairahnya terlihat dengan puting susunya yang mengeras yang dengan jelas terlihat dari bahan bra itu. Apa yang Ester kenakan sekarang hanya bra dan jeans ketatnya, yang hampir tidak muat di pinggangnya. Ester rebah pada perutnya ketika Frans menempatkan dirinya di atas pantatnya.

"Begini jadi lebih mudah untukku", kata Frans saat dia dengan cepat melepaskan kemejanya dan mulai untuk menggosok pinggang dan punggung Ester bagian bawah. Alkohol telah berefek penuh pada Ester ketika dia memejamkan matanya dan mulai jatuh tertidur.
"Oohh Johan", dia mulai merintih.

Frans tidak bisa mempercayainya. Di sinilah dia, setelah 5 tahun tanpa seks, di atas tubuh menantu perempuannya yang cantik dan masih muda dan yang dipikirnya dia adalah suaminya. Pelan-pelan dilepasnya celananya sendiri, dan membalikkan tubuh Ester. Frans pelan-pelan mencium perutnya yang rata saat dia mulai melepaskan jeans Ester dengan perlahan. Vagina Ester kini mulai basah saat dia bermimpi Johan menciumi tubuhnya.

Dengan hati-hati Frans melepas jeansnya dan mulai menjalankan ciumannya ke atas pahanya. Ketika dia mencapai celana dalam yang menutupi vaginanya, dia menghirup bau harumnya, dan kemudian sedikit menarik ke samping kain celana dalam yang kecil itu dan mencium bibir vagina merah mudanya. Vaginanya lebih basah dari apa yang pernah Frans bayangkan. Ester menggerakkan salah satu tangannya untuk membelai payudaranya sendiri, sedang tangan yang lainnya membelai rambut Frans.

"Oohh Johan", dia merintih ketika sekarang Frans menggunakan lidahnya untuk menyelidiki vaginanya. Penisnya akan meledak saat dia mulai menjalankan ciumannya ke atas tubuhnya.
"Jangan berhenti", bisik Ester.

Dia sekarang menggerakkan penisnya naik turun di gundukannya, merangsangnya. Hanya celana dalam putih kecil yang menghalanginya memasuki vaginanya. Frans lebih melebarkan paha Ester, dan kemudian mendorong celana dalam itu ke samping saat dia menempatkan ujung penisnya pada pintu masuknya. Pelan-pelan, di dorongnya masuk sedikit demi sedikit ketika Ester kembali mengeluarkan sebuah rintihan lembut.

Sudah sekian lama dia menantikan sebuah persetubuhan yang panas, dan sekarang dia sedang dalam perjalanan 'memasuki' menantu perempuannya yang cantik. Dia menciumi lehernya saat menusukkan penisnya keluar masuk. Dia mulai meningkatkan kecepatannya, saat dia melepaskan branya. Frans mencengkeram kedua payudara itu dan menghisap puting susunya seperti bayi. Perasaan ini tiba-tiba membawa Ester kembali pada kenyataan saat dia membuka matanya. Dia tidak bisa percaya apa yang dia lihat. Mertuanya sedang berada di atas tubuhnya, mendorong keluar masuk ke vaginanya dengan gerakan yang mantap, dan yang paling buruk dari semua itu, dia membiarkannya terjadi begitu saja.

Frans melihat matanya terbuka, maka dia memegang kaki Ester dan meletakkannya di atas bahunya dengan jari kakinya yang menunjuk lurus ke atas. Kini dia menyetubuhinya untuk segala miliknya yang berharga.

"Oh tidak.. Hentikan.. Oh.. Tuhan.. Kita tidak boleh.. Tolong.. Oohh", Ester berteriak. Payudaranya terguncang seperti sebuah gempa bumi ketika Frans menyetubuhinya layaknya seekor binatang.
"Hentikan Pi.. Ini tidak benar.. Oohh Tuhan", Ester berteriak dengan pasrah.

Frans melambat, dia menunduk untuk mencium bibir Ester. Lutut Ester kini berada di sebelah kepalanya sendiri saat dia menemukan dirinya malah membalas ciuman Frans. Sesuatu telah mengambil alihnya. Lidah mereka kini mengembara di dalam mulut masing-masing ketika mereka saling memeluk dengan erat. Frans menambah lagi kecepatannya dan keluar masuk lebih cepat dari sebelumnya, Ester semakin menekan punggungnya. Frans berguling dan Ester kini berada di atas, 'menunggangi' penis Frans.

"Oh Tuhan, Papi merobekku", kata Ester ketika dia meningkat gerakannya.
"Kamu sangat rapat, aku bertaruh Johan pasti kesulitan mengerjai kamu", jawabnya.

Ini adalah vagina paling rapat yang pernah Frans 'kerjai' setelah dia mengambil keperawanan isterinya. Dia meraih ke atas dan memegang payudaranya, meremasnya bersamaan lalu menghisap puting susunya lagi.

"Tolong jangan keluar di dalam.. Oohh.. Papi tidak boleh keluar di dalam".

Ester kini menghempaskan Frans jadi gila. Mereka terus seperti ini sampai Frans merasa dia akan orgasme. Dia mulai menggosok beberapa cairan di lubang pantat Ester. Dia kemudian menyuruh Ester untuk berdiri pada lututnya saat dia bergerak ke belakangnya, dengan penisnya mengarah pada lubang pantatnya.

"Tidak, punya Papi terlalu besar, aku belum pernah melakukan ini, Tolong Pi jangan", Ester mengiba berusaha untuk lolos.
Tetapi itu tidak cukup untuk Frans. Sambil memegangi pinggulnya, dengan satu dorongan besar dia melesakkan semuanya ke dalam pantat Ester.
"Oohh Tuhan", Ester menjerit, dia mencengkeram ujung tempat tidur dengan kedua tangannya.

Frans mencabut pelan-pelan dan kemudian mendorong lagi dengan cepat. Payudaranya tergantung bebas, tergguncang ketika Frans mengayun dengan irama mantap.

"Oohh Papi bangsat".
"Aku tahu kamu suka ini", jawab Frans, dia mempercepat gerakannya.

Ester tidak bisa percaya dia sedang menikmati sedang 'dikerjai' pantatnya oleh mertuanya.

"Lebih keras", Ester berteriak, Frans memegang payudaranya dan mulai menyetubuhinya sekeras yang dia mampu. Ditariknya bahu Ester ke atas mendekat dengannya dan menghisapi lehernya.
"Aku akan keluar", teriak Frans.
"Tunggu aku ", jawabnya.

Frans menggunakan salah satu tangannya untuk menggosok vaginanya, dan kemudian dia memasukkan dua jari dan mulai mengerjai vaginanya. Ester menjerit dengan perasaan nikmat sekarang saat dalam waktu yang bersamaan telepon berbunyi. Ester menjatuhkan kepalanya ke bantal ketika Frans mengangkat telepon, dengan satu tangan masih menggosok vaginanya.

"Halo.. Johan.. Ya dia menyambutku dengan sangat baik.. Ya aku akan memanggilnya, tunggu", katanya saat dia menutup gagang telepon supaya Johan tidak bisa dengar suara jeritan orgasme istrinya.

Dia bisa merasakan jarinya dilumuri cairan Ester. Dengan satu dorongan terakhir dia mulai menembakkan benihnya di dalam lubang pantat Ester. Semprotan demi semprotan menembak di dalam lubang pantat rapat Ester. Mereka berdua roboh ke tempat tidur, Frans di atas punggung Ester. Penisnya masih di dalam, satu tangan masih menggosok pelan vagina Ester yang terasa sakit, tangan yang lain meremas ringan payudaranya.

"Halo Johan", kata Ester mengangkat telepon.
"Tidak, kita belum banyak melakukan kegiatan.. Jangan cemaskan kami, hanya tolong usahakan pulang cepat.. Aku mencintaimu".

Dia menutup dan menjatuhkan telepon itu. Mereka berbaring di sana selama lima menitan, Frans masih di atas, nafas keduanya berangsur reda. Frans mencabut jarinya yang berlumuran sperma dan meletakkannya ke mulut Ester. Dia menghisapnya hingga kering, dan kemudian bangun.

"Aku pikir lebih baik Papi keluar", dia berkata dengan mata yang berkaca-kaca.

Dia berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi itu. Rambutnya berantakan. Frans bisa melihat cairannya yang pelan-pelan menetes turun di pantatnya, dan menurun ke pahanya.

E N D

Read More..

Kakak Iparku

Kejadian ini berlangsung kira-kira 2 tahun yang lalu, waktu itu aku diminta oleh ibu mertua untuk mengambil suatu barang di rumah kakak ipar perempuanku sekalian menengok dia karena sudah lama tidak ketemu. Kakak iparku ini (sebut saja namanya Ina) memang tinggal sendirian, walaupun sudah kawin tetapi belum punya anak dan saat ini sudah pisah ranjang dengan suaminya yang kerja di kota lain. Aku sampai di rumahnya sekitar jam 19:00 dan langsung mengetuk pintu pagarnya yang sudah terkunci. Tak lama kemudian Ina muncul dari dalam dan sudah tahu bahwa aku akan datang malam ini.
"Ayo Yan, masuk.., langsung dari kantor?, Sorry pintunya sudah digembok, soalnya Ina tinggal sendiri jadi harus hati-hati", Sambutnya.
Ina malam itu sudah memakai daster tidur karena toh yang bakalan datang juga masih terhitung adiknya, daster yang dia pakai mempunyai potongan leher yang lebar dengan model tangan 'you can see'.

Kami kemudian ngobrol dan nonton TV sambil duduk bersebelahan di sofa ruang tengah. Selama ngobrol, Ina sering bolak-balik mengambil minuman dan snack buat kita berdua. Setiap dia menyajikan makanan atau minuman di meja, secara tidak sengaja aku mendapat kesempatan melihat kedalam dasternya yang menampilkan kedua payudaranya secara utuh karena Ina tidak memakai BH lagi dibalik dasternya. Ina memang lebih cantik dari istriku, tubuhnya mungil dengan kulit yang putih dan rambut yang panjang tergerai. Walaupun sudah kawin cukup lama tapi karena tidak punya anak tubuhnya masih terlihat langsing dan ramping. Payudaranya yang kelihatan olehku, walaupun tidak terlalu besar tetapi tetap padat dan membulat. Melihat pemandangan begini terus-menerus aku mulai tidak bisa berpikir jernih lagi dan puncaknya tiba-tiba kusergap dan tindih Ina di sofa sambil berusaha menciumi bibirnya dan meremas-remas payudaranya.
Ina kaget dan menjerit, "Yan, apa-apaan kamu ini!".
Dengan sekuat tenaga dia mencoba berontak, menampar, mencakar dan menendang-nendang. Tapi perlawanannya membuat birahiku semakin tinggi apalagi akibat gerakannya itu pakaiannya menjadi makin tidak karuan dan semakin merangsang.
"Breett..", daster bagian atas kurobek ke bawah sehingga sekarang kedua payudaranya terpampang dengan jelas. Putingnya yang berwarna coklat tua terlihat kontras dengan kulitnya yang putih bersih.
Ina terlihat shock dengan kekasaranku, perlawanannya mulai melemah dan kedua tangannya berusaha menutup dadanya yang terbuka.
"Yan.., ingat, kamu itu adikku..", rintihnya memelas.
Aku tidak mempedulikan rintihannya dan terus kutarik daster yang sudah robek itu ke bawah sekaligus dengan celana dalamnya yang sudah aku tidak ingat lagi warnanya. Sekarang dengan jelas dapat kulihat vaginanya yang ditumbuhi dengan bulu-bulu hitam yang terawat baik.

Setelah berhasil menelanjangi Ina, kulepaskan pegangan pada dia dan berdiri di sampingnya sambil mulai melepaskan bajuku satu persatu dengan tenang. Ina mulai menangis sambil meringkuk di atas sofa sambil sebisa mungkin mencoba menutupi badannya dengan kedua tangannya. Saat itu pikiranku mulai jernih kembali menyadari apa yang telah kulakukan tapi pada titik itu, aku merasa tidak bisa mundur lagi dan aku putuskan untuk berlaku lebih halus.
Setelah aku sendiri telanjang, kubopong tubuh mungil Ina ke kamarnya dan kuletakkan dengan lembut di atas ranjang. Dengan halus kutepiskan tangannya yang masih menutupi payudara dan vaginanya, kemudian aku mulai menindih badannya. Ina tidak melawan. Ina memalingkan muka dengan mata terpejam dan berurai air mata setiap kali aku mencoba mencium bibirnya. Gagal mencium bibirnya, aku teruskan menciumi telinga, leher dada dan berhenti untuk mengulum puting dan meremas-remas payudara satunya lagi. Ina tidak bereaksi. Aku lanjutkan petualangan bibirku lebih ke bawah, perut dan vaginanya sambil merentangkan pahanya lebar-lebar terlebih dahulu. Aku mulai dengan menjilati dan menghisap clitorisnya yang cukup kecil karena sudah disunat (sama dengan istriku). Ina mulai bereaksi. Setiap kuhisap clitorisnya Ina mulai mengangkat pantatnya mengikuti arah hisapan.

Kemudian dengan lidah, kucoba membuka labia minoranya dan memainkan lidahku pada bagian dalam liang senggamanya. Tangan Ina mulai meremas-remas kain sprei sambil menggigit bibir. Ketika vaginanya mulai basah kumasukkan jari menggantikan lidahku yang kembali berpindah ke puting payudaranya. Mula-mula hanya satu jari kemudian disusul dua jari yang bergerak keluar masuk liang senggamanya. Ina mulai berdesah dan memalingkan mukanya ke kiri dan ke kanan. Sekitar dua atau tiga menit kemudian aku tarik tanganku dari vaginanya. Merasakan ini, Ina membuka matanya (yang selama ini selalu tertutup) dan menatapku dengan pandangan penuh harap seakan ingin diberi sesuatu yang sangat berharga tapi tidak berani ngomong. Aku segera merubah posisi badanku untuk segera menyetubuhinya. Melihat posisi 'tempur' seperti itu, pandangan matanya berubah menjadi tenang dan kembali menutup matanya. Kuarahkan penisku ke bibir vaginanya yang sudah berwarna merah matang dan sangat becek itu. Secara perlahan penisku masuk ke liang senggamanya dan Ina hanya mengigit bibirnya. Tiba-tiba tangan Ina bergerak memegang sisa batang penisku yang belum sempat masuk, sehingga penetrasiku tertahan.
"Yan, kita tidak boleh melakukan hal ini..", Kata Ina setengah berbisik sambil memandangku.
Tapi waktu kulihat matanya, sama sekali tidak ada penolakkan bahkan lebih terlihat adanya birahi yang tertahan. Aku tahu dia berkata begitu untuk berusaha memperoleh pembenaran atas perbuatan yang sekarang jadi sangat diinginkannya.
"Tidak apa-apa 'Na, kita kan bukan saudara kandung, jadi ini bukan incest", Jawabku.
"Nikmati saja dan lupakan yang lainnya".
Mendengar perkataanku itu, Ina melepaskan pegangannya pada penisku yang sekaligus aku tangkap sebagai instruksi untuk melanjutkan 'perkosaannya'. Dalam 'posisi standard' itu aku mulai memompa Ina dengan gerakan perlahan, setiap kali penisku masuk, aku ambil sisi liang senggama yang berbeda sambil mengamati reaksinya. Dari eksperimen awal ini aku tahu bahwa bagian paling sensitif dia terletak pada dinding dalam bagian atas yang kemudian menjadi titik sasaran penisku selanjutnya.

Strategi ini ternyata cukup efektif karena belum sampai dua menit Ina sudah orgasme, tangannya yang asalnya hanya meremas-remas sprei tiba-tiba berpindah ke pantatku. Ina dengan kedua tangannya berusaha menekan pantatku supaya penisku masuk semakin dalam, sedangkan dia sendiri mengangkat dan menggoyangkan pantatnya untuk membantu semakin membenamnya penisku itu. Untuk sementara kubiarkan dia mengambil alih.
"sshh.., aahh", rintihnya berulang-ulang setiap kali penisku terbenam.
Setelah Ina mulai reda, inisiatif aku ambil kembali dengan merubah posisi badanku untuk style 'pumping flesh' untuk mulai memanaskan kembali birahinya yang dilanjutkan dengan style 'stand hard' (kedua kaki Ina dirapatkan, kakiku terbuka dan dikaitkan ke betisnya). Style ini kuambil karena cocok dengan cewek yang bagian sensitifnya seperti Ina dimana vagina Ina tertarik ke atas oleh gerakan penis yang cenderung vertikal. Ina mengalami dua kali orgasme dalam posisi ini.
Ketika gerakan Ina semakin liar dan juga aku mulai merasa akan ejakulasi aku rubah stylenya lagi menjadi 'frogwalk' (kedua kaki Ina tetap rapat dan aku setengah berlutut/berjongkok). Dalam posisi ini setiap kali aku tusukkan penisku, otomatis vagina sampai pantat Ina akan terangkat sedikit dari permukaan kasur menimbulkan sensasi yang luar biasa sampai pupil mata Ina hanya terlihat setengahnya dan mulutnya mengeluarkan erangan bukan rintihan lagi.
"Na, aku sudah mau keluar. Di mana keluarinnya?", Kataku sambil terus memompa secara pelan tapi dalam.
"ddi dalam saja.., di dalam saja, aahh.., jangan pedulikan", Ina mejawab ditengah erangan kenikmatannya.
"Aku keluar sekarraang..", teriakku.
Aku tekan vaginanya keras-keras sampai terangkat sekitar 10 cm dari kasurnya dan cairan kenikmatan tersemprot dengan kerasnya yang menyebabkan untuk sesaat aku lupa akan dunia.
"Jangan di cabut dulu Yan..", bisik Ina.
Sambil mengatur napas lagi, aku rentangkan kembali kedua paha Ina dan aku pompa penisku pelan-pelan dengan menekan permukaan bawah vagina pada waktu ditarik. Dengan cara ini sebagian sperma yang tadi disemprotkan bisa dikeluarkan lagi sambil tetap dapat menikmati sisa-sisa birahi. Ina menjawabnya dengan hisapan-hisapan kecil pada penisku dari vaginanya
"Yan, kenapa kamu lakukan ini ke Ina?", tanyanya sambil memeluk pinggangku.
"Kamu sendiri rasanya gimana?", aku balik bertanya.
"Mulanya kaget dan takut, tapi setelah kamu berubah memperlakukan Ina dengan lembut tiba-tiba birahi Ina terpancing dan akhirnya turut menikmati apa yang belum pernah Ina rasakan selama ini termasuk dari suami Ina", Jawabnya.

Kita kemudian mengobrol seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa dan sebelum pulang kusetubuhi Ina sekali lagi, kali ini dengan sukarela. Sejak malam itu, aku 'memelihara' kakak iparku dengan memberinya nafkah lahir dan batin menggantikan suaminya yang sudah tidak mempedulikannya lagi. Ina tidak pernah menuntut lebih karena istriku adalah adiknya dan aku membalasnya dengan menjadikan 'pendamping tetap' setiap aku pergi ke luar kota atau ke luar negeri.

TAMAT

Read More..

2/08/2009

Papaku yang Nakal

Perkenalkan namaku Vina, usiaku 16 tahun. Aku sekarang duduk di kelas II SMU di Medan. Aku punya pengalaman pertama merengkuh surga dunia. Tetapi semua itu kulakukan dengan papa tiriku. Pengalamanku ini sebagai referensi buat teman-teman yang lain. Aku tahu kalau perbuatan ini salah, tetapi aku tidak tahu bagaimana menghentikannya. Baiklah, ceritaku begini.

Suatu hari aku mendapat pengalaman yang tentunya baru untuk gadis seukuranku. Oya, aku gadis keturunan Cina dan Pakistan. Sehingga wajar saja kulitku terlihat putih bersih dan satu lagi, ditaburi dengan bulu-bulu halus di sekujur tubuh yang tentu saja sangat disukai lelaki. Kata teman-teman, aku ini cantik lho.

Memang siang ini cuacanya cukup panas, satu persatu pakaian yang menempel di tubuhku kulepas. Kuakui, kendati masih ABG tetapi aku memiliki tubuh yang lumayan montok. Bila melihat lekuk-lekuk tubuh ini tentu saja mengundang jakun pria manapun untuk tersedak. Dengan rambut kemerah-merahan dan tinggi 167 cm, aku tampak dewasa. Sekilas, siapapun mungkin tidak percaya kalau akuadalah seorang pelajar. Apalagi bila memakai pakaian casual kegemaranku. Mungkin karena pertumbuhan yang begitu cepat atau memang sudah keturunan, entahlah. Tetapi yang jelas cukup mempesona, wajah oval dengan leher jenjang, uh.. entahlah.

Pagi tadi sebelum berangkat ke sekolah, seperti biasanya aku berpamitan dengan kedua orangtuaku. Cium pipi kiri dan kanan adalah rutinitas dan menjadi tradisi di keluarga ini. Tetapi yang menjadi perhatianku siang ini adalah ciuman Papa. Seusai sarapan pagi, ketika Mama beranjak menuju dapur, aku terlebih dahulu mencium pipi Papa. Papa Robi (begitu namanya) bukan mencium pipiku saja, tetapi bibirku juga. Seketika itu, aku sempat terpaku sejenak. Entah karena terkejut untuk menolak atau menerima perlakukan itu, aku sendiri tidak tahu.

Papa Robi sudah setahun ini menjadi Papa tiriku. Sebelumnya, Mama sempat menjanda tiga tahun. Karena aku dan kedua adikku masih butuh seorang ayah, Mama akhirnya menikah lagi. Papa Robi memang termasuk pria tampan. Usianya pun baru 38 tahun. Teman-teman sekolahku banyak yang cerita kalau aku bersukur punya Papa Robi.
"Salam ya sama Papa kamu.." ledek teman-temanku.

Aku sendiri sebenarnya sedikit grogi kalau berdua dengan Papa. Tetapi dengan kasih sayang dan pengertian layaknya seorang teman, Papa pandai mengambil hatiku. Hingga akhirnya aku sangat akrab dengan Papa, bahkan terkadang kelewat manja. Tetapi Mama tidak pernah protes, malah dia tampak bahagia melihat keakraban kami.

Tetapi ciuman Papa tadi pagi sungguh diluar dugaanku. Aku memang terkadang sering melendot sama Papa atau duduk sangat dekat ketika menonton TV. Tetapi ciumannya itu lho. Aku masih ingat ketika bibir Papa menyentuh bibir tipisku. Walau hanya sekejab, tetapi cukup membuat bulu kudukku merinding bila membayangkannya. Mungkin karena aku belum pernah memiliki pengalaman dicium lawan jenis, sehingga aku begitu terkesima.
"Ah, mungkin Papa nggak sengaja.." pikirku.

Esok paginya seusai sarapan, aku mencoba untuk melupakan kejadian kemarin. Tetapi ketika aku memberikan ciuman ke Mama, Papa beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar. Mau tidak mau kuikuti Papa ke kamar. Aku pun segera berjinjit untuk mencium pipi Papa. Respon Papa pun kulihat biasa saja. Dengan sedikit membungkukkan tubuh atletisnya, Papa menerima ciumanku. Tetapi setelah kucium kedua pipinya, tiba-tiba Papa mendaratkan bibirnya ke bibirku. Serr.., darahku seketika berdesir. Apalagi bulu-bulu kasarnya bergesekan dengan bibir atasku. Tetapi entah kenapa aku menerimanya, kubiarkan Papa mengulum lembut bibirku. Hembusan nafas Papa Robi menerpa wajahku. Hampir satu menit kubiarkan Papa menikmati bibirku.
"Baik-baik di sekolah ya.., pulang sekolah jangan keluyuran..!" begitu yang kudengar dari Papa.

Sejak kejadian itu, hubungan kami malah semakin dekat saja. Keakraban ini kunikmati sekali. Aku sudah dapat merasakan nikmatnya ciuman seorang lelaki, kendati itu dilakukan Papa tiriku, begitu yang tersirat dalam pikiranku. Darahku berdesir hangat bila kulit kami bersentuhan.

Begitulah, setiap berangkat sekolah, ciuman ala Papa menjadi tradisi. Tetapi itu rahasia kami berdua saja. Bahkan pernah satu hari, ketika Mama di dapur, aku dan Papa berciuman di meja makan. Malah aku sudah berani memberikan perlawanan. Lidah Papa yang masuk ke rongga mulutku langsung kuhisap. Papa juga begitu. Kalau tidak memikirkan Mama yang berada di dapur, mungkin kami akan melakukannya lebih panas lagi.

Hari ini cuaca cukup panas. Aku mengambil inisiatif untuk mandi. Kebetulan aku hanya sendirian di rumah. Mama membawa kedua adikku liburan ke luar kota karena lagi liburan sekolah. Dengan hanya mengenakan handuk putih, aku sekenanya menuju kamar mandi. Setelah membersihkan tubuh, aku merasakan segar di tubuhku.

Begitu hendak masuk kamar, tiba-tiba satu suara yang cukup akrab di telingaku menyebut namaku.

"Vin.. Vin.., Papa pulang.." ujar lelaki yang ternyata Papaku.
"Kok cepat pulangnya Pa..?" tanyaku heran sambil mengambil baju dari lemari.
"Iya nih, Papa capek.." jawab papa dari luar.
"Kamu masak apa..?" tanya papa sambil masuk ke kamarku.
Aku sempat kaget juga. Ternyata pintu belum dikunci. Tetapi aku coba tenang-tenang saja. Handuk yang melilit di tubuhku tadinya kedodoran, aku ketatkan lagi. Kemudian membalikkan tubuh. Papa rupanya sudah tiduran di ranjangku.

"Ada deh..," ucapku sambil memandang Papa dengan senyuman.
"Ada deh itu apa..?" tanya Papa lagi sambil membetulkan posisi tubuhnya dan memandang ke arahku.
"Memangnya kenapa Pa..?" tanyaku lagi sedikit bercanda.
"Nggak ada racunnya kan..?" candanya.
"Ada, tapi kecil-kecil.." ujarku menyambut canda Papa.
"Kalau gitu, Papa bisa mati dong.." ujarnya sambil berdiri menghadap ke arahku.
Aku sedikit gelagapan, karena posisi Papa tepat di depanku.
"Kalau Papa mati, gimana..?" tanya Papa lagi.
Aku sempat terdiam mendengar pertanyaan itu.
"Lho.., kok kamu diam, jawab dong..!" tanya Papa sambil menggenggam kedua tanganku yang sedang memegang handuk.

Aku kembali terdiam. Aku tidak tahu harus bagaimana. Bukan jawabannya yang membuatku diam, tetapi keberadaan kami di kamar ini. Apalagi kondisiku setengah bugil. Belum lagi terjawab, tangan kanan Papa memegang daguku, sementara sebelah lagi tetap menggenggam tanganku dengan hangat. Ia angkat daguku dan aku menengadah ke wajahnya. Aku diam saja diperlakukan begini. Kulihat pancaran mata Papa begitu tenangnya. Lalu kepalanya perlahan turun dan mengecup bibirku. Cukup lama Papa mengulum bibir merahku. Perlahan tetapi pasti, aku mulai gelisah. Birahiku mulai terusik. Tanpa kusadari kuikuti saja keindahan ini.

Nafsu remajaku mulai keluar ketika tangan kiri Papa menyentuh payudaraku dan melakukan remasan kecil. Tidak hanya bibirku yang dijamah bibir tebal Papa. Leher jenjang yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu pun tidak luput dari sentuhan Papa. Bibir itu kemudian berpindah ke telingaku.
"Pa.." kataku ketika lidah Papa masuk dan menggelitik telingaku.

Papa kemudian membaringkan tubuhku di atas kasur empuk.
"Pa.. nanti ketahuan Mama.." sebutku mencoba mengingatkan Mama.
Tetapi Papa diam saja, sambil menindih tubuhku, bibirku dikecupnya lagi. Tidak lama, handuk yang melilit di tubuhku disingkapkannya.
"Vina, tubuh kamu sangat harum.." bisik Papa lembut sambil mencampakkan guling ke bawah.
Dalam posisi ini, Papa tidak puas-puasnya memandang tubuhku. Bulu halus yang membalut kulitku semakin meningkatkan nafsunya. Apalagi begitu pandangannya mengarah ke payudaraku.
"Kamu udah punya pacar, Vin..?" tanya Papa di telingaku.
Aku hanya menggeleng pasrah.

Papa kemudian membelai dadaku dengan lembut sekali. Seolah-olah menemukan mainan baru, Papa mencium pinggiran payudaraku.
"Uuhh..," desahku ketika bulu kumis yang dipotong pendek itu menyentuh dadaku, sementara tangan Papa mengelus pahaku yang putih. Puting susu yang masih merah itu kemudian dikulum.
"Pa.. oohh.." desahku lagi.

"Pa.. nanti Mamm.." belum selesai kubicara, bibir Papa dengan sigap kembali mengulum bibirku.
"Papa sayang Vina.." kata Papa sambil memandangku.
Sekali lagi aku hanya terdiam. Tetapi sewaktu Papa mencium bibirku, aku tidak diam. Dengan panasnya kami saling memagut. Saat ini kami sudah tidak memikirkan status lagi. Puas mengecup putingku, bibir Papa pun turun ke perut dan berlabuh di selangkangan. Papa memang pintar membuatku terlena. Aku semakin terhanyut ketika bibir itu mencium kemaluanku. Lidahnya kemudian mencoba menerobos masuk. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku pun mengejang dan merasakan ada sesuatu yang mengalir cepat, siap untuk dimuntahkan.
"Ohh, ohh.." desahku panjang.

Papa rupanya tahu maniku keluar, lalu dia mengambil posisi bersimpuh di sebelahku. Lalu mengarahkan tanganku ke batang kemaluannya. Kaget juga aku melihat batang kemaluannya Papa, besar dan tegang. Dengan mata yang sedikit tertutup, aku menggenggamnya dengan kedua tanganku. Setan yang ada di tubuh kami seakan-akan kompromi. Tanpa sungkan aku pun mengulum benda itu ketika Papa mengarahkannya ke mulutku.
"Terus Vin.., oh.. nikmatnya.." gumamnya.
Seperti berpengalaman, aku pun menikmati permainan ini. Benda itu keluar masuk dalam mulutku. Sesekali kuhisap dengan kuat dan menggigitnya lembut. Tidak hanya Papa yang merasakan kenikmatan, aku pun merasakan hal serupa. Tangan Papa mempermainkan kedua putingku dengan tangannya.

Karena birahi yang tidak tertahankan, Papa akhirnya mengambil posisi di atas tubuhku sambil mencium bibirku dengan ganas. Kemudian kejantanannya Papa menempel lembut di selangkanganku dan mencoba menekan. Kedua kakiku direntangkannya untuk mempermudah batang kemaluannya masuk. Perlahan-lahan kepala penis itu menyeruak masuk menembus selaput dinding vaginaku.
"Sakit.. pa.." ujarku.
"Tenang Sayang, kita nikmati saja.." jawabnya.
Pantat Papa dengan lembut menekan, sehingga penis yang berukuran 17 cm dan berdiameter 3 cm itu mulai tenggelam keseluruhan.

Papa melakukan ayunan-ayunan lagi. Kuakui, Papa memang cukup lihai. Perasaan sakit akhirnya berganti nikmat. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Pantas orang bilang surga dunia. Aku mengimbangi kenikmatan ini dengan menggoyang-goyangkan pantatku.
"Terus Vin, ya.. seperti itu.." sebut Papa sambil mempercepat dorongan penisnya.
"Papa.. ohh.., ohh.." renguhku karena sudah tidak tahan lagi.
Seketika itu juga darahku mengalir cepat, segumpal cairan putih meleleh di bibir vaginaku. Kutarik leher Papa hingga pundaknya kugigit keras. Papa semakin terangsang rupanya. Dengan perkasa dikuasainya diriku.

Vagina yang sudah basah berulangkali diterobos penis papa. Tidak jarang payudaraku diremas dan putingku dihisap. Rambutku pun dijambak Papa. Birahiku kembali memuncak. Selama tiga menit kami melakukan gaya konvensional ini. Tidak banyak variasi yang dilakukan Papa. Mungkin karena baru pertama kali, dia takut menyakitiku.

Kenikmatan ini semakin tidak tertahankan ketika kami berganti gaya. Dengan posisi 69, Papa masih perkasa. Penis Papa dengan tanpa kendali keluar masuk vaginaku.
"Nikmat Vin..? Ohh.. uhh.." tanyanya.
Terus terang, gaya ini lebih nikmat dari sebelumnya. Berulangkali aku melenguh dan mendesah dibuatnya.
"Pa.. Vina nggak tahan.." katakuku ditengah terjangan Papa.
"Sa.. sa.. bar Sayang.., ta.. ta.. han dulu.." ucap Papa terpatah-patah.
Tetapi aku sudah tidak kuat lagi, dan untuk ketiga kalinya aku mengeluarkan mani kembali.
"Okhh.. Ohkk.. hh..!" teriakku.
Lututku seketika lemas dan aku tertelungkup di ranjang. Dengan posisi telungkup di ranjang membuat Papa semakin belingsatan. Papa semakin kuat menekan penisnya. Aku memberikan ruang dengan mengangkat pantatku sedikit ke atas. Tidak berapa lama dia pun keluar juga.
"Okhh.. Ohh.. Ohk.." erang Papa.
Hangat rasanya ketika mani Papa menyiram lubang vaginaku.

Dengan peluh di tubuh, Papa menindih tubuhku. Nafas kami berdua tersengal-sengal. Sekian lama Papa memelukku dari belakang, sementara mataku masih terpejam merasakan kenikmatan yang baru pertama kali kualami. Dengan penis yang masih bersarang di vaginaku, dia mencium lembut leherku dari belakang.
"Vin, Papa sayang Vina. Sebelum menikahi Mamamu, Papa sudah tertarik sama Vina.." ucap Papa sambil mengelus rambutku.

Mama dan adikku, tiga hari di rumah nenek. Selama tiga hari itu pula, aku dan Papa mencari kepuasan bersama. Entah setan mana yang merasuki kami, dan juga tidak tahu sudah berapa kali kami lakukannya. Terkadang malam hari juga, walaupun Mama ada di rumah. Dengan alasan menonton bola di TV, Papa membangunkanku, yang jelas perbuatan ini kulakukan hingga sekarang.

TAMAT

Read More..